Belajar Dari Masa Lalu, Rakyat Jerman Terima Pengungsi Suriah Dengan Hangat

0
ibu pengungsi suriah
Pengungsi Suriah (foto ilustrasi). Sumber: kemanusiaan.id.

Solidaritas.net, JermanĀ – Di tengah krisis migrasi dunia dan penolakan para pengungsi yang mengakibatkan anak-anak tidak berdosa harus meninggal dunia, ribuan pengungsi asal Suriah, Selasa (1/9/2015), dikabarkan tiba di Austria dan Jerman. Mereka tiba di dua negara itu menggunakan kereta api dari Hongaria.

Diterima dengan hangat, polisi di kedua negara itu memberikan keleluasaan bagi para pengungsi untuk masuk ke negara tersebut. Hal ini membuat para pengungsi kembali tersenyum setelah sekian lama terkatung-katung tidak memperoleh kepastian.

“Terima kasih Tuhan tidak ada yang meminta paspor, tidak ada polisi, tidak ada masalah,” kata Khalil (33), seorang guru bahasa Inggris dari Ayn al-Arab di Suriah, dilansir dari Kompas.com.

Ia mengungsi bersama dengan istri dan bayi perempuan mereka yang saat ini tengah sakit.

Dibandingkan dengan negara Eropa lain, Jerman memang jauh lebih responsif dan positif menanggapi krisis migrasi. Tahun ini Jerman diperkirakan akan dibanjiri lebih kurang 800.000 imigran. Dalam sebuah jumpa pers di Berlin, Kanselir Angela Merkel mengatakan, krisis migran di Eropa bisa menghancurkan kebijakan Schengen atau perbatasan terbuka jika negara-negara Uni Eropa tidak turut ambil bagian untuk menerima pengungsi.

Meskipun begitu, Inggris yang berada di luar zona Schengen berpendapat, sistem perbatasan bebas itu justru merupakan bagian dari masalah. Tak hanya itu, kebijakan untuk menerima lebih banyak pengungsi akan mendapat tantangan dari sejumlah negara Eropa lain yang berencana menentang penerapan kuota.

Kesediaan Jerman menerima pengungsi, dalam beberapa waktu terakhir ini tak lepas dari situasi darurat yang terjadi di Hongaria dan rasa solidaritas di masyarakat Jerman sendiri. Hal ini disampaikan Berthold Damshauser, pemerhati masalah sosial di Bonn, ketika ditanya tentang sikap Jerman terkait krisis pengungsi di Eropa.

“Ada situasi darurat di Hongaria. Para pengungsi tidak ditangani dengan baik sehingga Pemerintah Jerman membuka jalan bagi mereka,” ujar Damshauser, Selasa (8/9/2015).

Selain karena rasa kemanusiaan di masyarakat Jerman cukup tinggi, menurut Damshauser, diterimanya pengungsi tersebut karena Jerman belajar pada pengalaman warga Jerman yang pernah kalah di Perang Dunia II dan mengakibatkan jutaan warga Jerman menjadi pengungsi hingga terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka di Jerman bagian timur.

Meskipun begitu, Inggris yang berada di luar zona Schengen berpendapat, sistem perbatasan bebas itu justru merupakan bagian dari masalah. Tak hanya itu, kebijakan untuk menerima lebih banyak pengungsi akan mendapat tantangan dari sejumlah negara Eropa lain yang berencana menentang penerapan kuota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *