Solidaritas.net, Pekanbaru – Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan satuan polisi pamong praja (Satpol PP) terhadap para pendemo di Pekanbaru, Riau, Senin (8/6/2015), mendapat kecaman dari sejumlah pihak, salah satunya Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA). Dalam aksi demonstrasi tersebut, salah seorang pendemo didorong oleh Satpol PP saat akan melompati pagar Kantor Gubernur Riau, hingga tangannya mengalami luka parah.

“AGRA mengecam tindakan Satpol PP yang mendorong Muhammad Halil (25) terjatuh dari pagar hingga luka pada bagian lengan kiri. Terlebih aparat membiarkan korban lebih dari 15 menit dan tidak mengijinkan kawan lainya untuk memberikan pertolongan,” ujar Sekretaris Jenderal AGRA, Rahmat dalam siaran pers yang diterima Solidaritas.net, Rabu (10/6/2015).
Dalam aksi damai tersebut, Halil yang merupakan Bendahara Serikat Pemuda Riau (SPR) itu tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) Riau. Mereka ingin menyerahkan 2 berkas kasus pertanahan di Riau, yakni konflik PT RAKA dengan anggota Seruni Riau di Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, dan kasus petani bernama Ijal yang dikriminalisasi atas tuduhan pembakaran lahan, padahal saat itu dia hanya membakar bekas panen jagungnya.
Aksi tersebut dimulai pukul 13.00 WIB di depan Kantor Gubernur Riau. Setelah berorasi sekitar 30 menit, massa melanjutkan aksi di sepanjang jalan yang akan dilewati rombongan kementerian dari Jakarta, di antaranya Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, serta Kapolri, yang akan mengikuti pertemuan bersama Gubernur Riau, serta bupati/walikota dan kepala dinas/badan se-Riau.
Sekitar pukul 15.30 WIB, massa pun bergerak menuju gerbang lokasi pertemuan itu, dan melakukan negosiasi dengan aparat keamanan agar diijinkan masuk menyerahkan berkas-berkas yang mereka bawa. Namun massa tak mendapat ijin, dan akhirnya terjadi aksi saling dorong dengan polisi dan Satpol PP. Massa tetap memaksa, karena merasa ini kesempatan yang baik, di mana para pejabat sedang membahas konflik agraria dan kebakaran hutan.
Dua orang dari massa demo pun mencoba melompati pagar untuk membawa berkas masuk ke gedung pertemuan itu. Sekjen SPR, Dedi Aditya berhasil melewati pagar. Namun, Halil yang menyusul kemudian untuk menemani Dedi, malah didorong oleh Satpol PP saat berada di atas pagar. Akibatnya, korban pun jatuh dengan tangan tersangkut besi pagar. Besinya patah, dan tangan Halil koyak. Tragisnya, aparat keamanan yang berjaga, membiarkannya tergeletak tanpa pertolongan hingga 15 menit, sedangkan pintu pagar tetap tidak dibuka.
“Atas kejadian itu, AGRA menuntut pemerintahan Jokowi-JK untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dalam menghadapi aksi-aksi yang dilakukan rakyat, dan menuntut pemerintah daerah Provinsi Riau, dalam hal ini Gubernur Riau agar bertanggung jawab penuh dalam pengobatan korban sampai pulih seperti semula,” kata Rahmat menerangkan.
Tidak hanya itu, AGRA juga menyerukan kepada seluruh kaum petani dan rakyat Indonesia untuk menyampaikan protes serta kecaman kepada Pemprov Riau, dengan mengirimkan surat terbuka atau SMS kecaman kepada Ajudan Gubernur Riau, Bobby di nomor ponsel 0812-7553-344. AGRA juga menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada kaum petani dan rakyat, yang terus dengan gigih menyuarakan aspirasinya tanpa kenal lelah dan takut.