Warga Bali Gelar Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa

0

Solidaritas.net, Bali – Penolakan terhadap reklamasi kawasan pesisir pantai ternyata tidak hanya terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Masyarakat Bali ternyata juga melakukan penolakan yang sama yang telah berlangsung sejak lama. Bahkan, mereka menggelar aksi unjuk rasa untuk menyampaikan penolakan terhadap reklamasi pantai di Teluk Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Aksi yang digagas oleh gerakan ForBALI itu digelar dalam bentuk Parade Budaya, Kamis (28/5/2015).

reklamasi teluk benoa
Aksi warga Bali menolak reklamasi Teluk Benoa. Foto: Facebook @gendo.suardana

Sekitar pukul 14.00 WITA, ribuan warga Bali yang berasal dari berbagai elemen masyarakat dan kabupaten di Bali pun berkumpul di Parkir Timur Lapangan Renon. Mereka pun mulai menyampaikan aspiraasi melalui berbagai cara, mulai dari teatrikal, musikalisasi puisi, tari-tarian, selain juga tentunya orasi. Bahkan, aksi parade budaya menolak reklamasi Teluk Benoa ini juga turut dimeriahkan dengan penampilan musik dari sejumlah grup musik indie.

“Wajah-wajah ceria, tanpa takut mengekspresikan diri. Tak segan meninggalkan pekerjaan, meninggalkan urusan rumah tangga, meninggalkan urusan kuliah. Teman-teman pelajar bahkan rela bergabung dalam barisan setelah mereka selesai ulangan umum. Tak ada pamrih dan tak ada keinginan selain agar reklamasi Teluk Benoa dibatalkan dan Pak Jokowi mencabut Perpres Nomor 51 Tahun 2014,” ujar Koordinator ForBALI, Wayan Gendo Suardana melalui akun Facebook-nya, Jumat (29/5/2015), yang dikutip oleh Solidaritas.net.

Aksi itu lalu bergerak ke arah selatan dan melakukan orasi di Jalan Raya Puputan Renon, tepatnya di sebelah selatan Monumen Bajra Sandi. Mereka meneriakkan tuntutan agar Presiden Jokowi membatalkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 51 Tahun 2014. Perpres itu sendiri sebenarnya dibuat semasa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, saat Jokowi terpilih jadi presiden, warga Bali berharap dia mencabut Perpres itu.

“Kami meminta kepada pemerintah, tentunya kepada Presiden Jokowi untuk membatalkan reklamasi dan mencabut Perpres Nomor 51 Tahun 2014,” kata salah seorang pengunjuk rasa pula, Putu Sumiada yang berasal dari Gianyar, seperti dilansir portal berita Republika.co.id.

Warga menilai alasan pemerintah mereklamasi Teluk Benoa dengan dalih penyelamatan lingkungan itu hanyalah kebohongan belaka. Oleh karena itu, pengunjuk rasa juga meminta pemerintah untuk tidak menjadikan Teluk Benoa sebagai komoditas politik. Apalagi, muara sungai merupakan salah satu tempat yang disakralkan oleh umat Hindu dan harus dihormati.

Sehari setelah aksi unjuk rasa, Gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa yang dikoordinir oleh ForBALI itu pun mendapatkan apresiasi. Majalah Rolling Stone Indonesia memberikan penghargaan untuk gerakan tersebut, dengan alasan telah menginspirasi para pemuda untuk peduli dan berbuat bagi alam dan semesta. Penghargaan berupa ‘Editor’s Choice Awards’ kategori People’s Power itu sendiri diberikan di Jakarta, Jumat (29/5/2015).

“Semalam saya bersama beberapa kawan-kawan mewakili gerakan ini menerima award di Rolling Stone Jakarta. Tapi pada dasarnya award ini adalah milik kita semua. Saya hanya mewakili saja. Selamat bagi kita semua, para penolak reklamasi Teluk Benoa. Semoga Pak Jokowi mau mencabut Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Mari kita terus berjuang dengan riang gembira, dengan sekuat-kuatnya, dengan sebaik-baiknya dan seterhormat-hormatnya,” tulis Suardana lagi di lama akun Facebook-nya, Sabtu (30/5/2015).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *