Arif Tewas Mengenaskan, Mahasiswa Kutuk Polisi dan Jokowi

Solidaritas.net, Makassar – Seratusan mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar aksi solidaritas yang mengutuk kekerasan brutal aparat polisi dan pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Senin malam (1/12/2014), di depan kampus UNM, Jalan AP. Pettarani, Makassar.

aksi mahasiswa UNM untuk arif
Aksi mahasiswa UNM mengecam aparat kepolisian dan pemerintah Jokowi-JK. © Solidaritas.net / Arif N.

Mahasiswa menyalakan lilin, menabur bunga dan membawa keranda mayat sebagai sebagai simbol matinya demokrasi. Represifitas aparat berujung tewasnya Arif, warga Pampang, saat terlibat dalam aksi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 27 November 2014 lalu, di kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Aksi tersebut berujung bentrok dan Arif diduga kuat tewas karena terkena tembakan gas air mata di kepala, jatuh  dan kemudian dilindas mobil water canon polisi. Ia tewas dalam keadaan kepala bocor, bersimbah darah dan tubuhnya koyak terlindas mobil. Saat dikafani. jasadnya masih saja bersimbah darah.

Muhammad Arif yang lebih dikenal dengan sebutan “Pak Ogah” ini dikenal baik oleh mahasiswa UMI. Sehari-hari Arif bekerja sebagai pengatur lalu lintas dan juga membantu mahasiswa menyeberang jalan Urip Sumoharjo saat lalu lintas sedang ramai.

Informasi soal usia Arif masih simpang siur dalam pemberitaan media. Ada yang menyebut ia berusia 17, 18 hingga 20 tahun. Yang jelas, ia masih sangat muda.

“Peristiwa di UMI harus menjadi pemicu persatuan dengan menggalang solidaritas seluas-luasnya atas jatuhnya korban nyawa akibat represifitas aparat, yang katanya pengayom dan pelindung masyarakat,” kata Dayat, anggota Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan), saat berorasi.

Gerakan mahasiswa UNM mengecam tindakan aparat kepolisian dan menuntut pencopotan Kapolda Sulselbar dan Kapolrestabes Makassar atas tindakan represif kepolisian yang berujung pada tewasnya demonstran. Mereka juga menyerukan untuk tidak menurunkan tensi perlawanan dalam aksi-aksi menolak kenaikan harga BBM.

“Fakta tewasnya Arif menjadi pelajaran untuk kita semua tentang arti penting perjuangan melawan rezim Jokowi-JK. Kita mesti menggalang terus perlawanan agar perjuangan dan pengorbanan Arif tidak sia-sia belaka,” lanjut Dayat.

Dayat mengatakan sudah dua kali warga Pampang mendukung dan membantu aksi mahasiswa dalam menolak kenaikan harga BBM. Sentimen anti polisi cukup kuat di daerah Pampang lantaran polisi oleh warga dinilai kerap melakukan aktivitas memeras, seperti razia kendaraan bermotor yang ujung-ujungnya meminta uang “damai”.

Tinggalkan Balasan