Bayar Calo Tenaga Kerja hingga Uang di Saku Sisa Rp4.000

buruh perempuan
buruh perempuan
Foto ilustrasi: buruh perempuan (dok Solidaritas.net)

Nama saya R, tempat tanggal lahir T, xx Maret 1997. Umur saya 19 tahun. Alamat Ds. xx RT xx/xx Kecamatan X Kab. Tegal. Asal sekolah SMK X Lebaksiu Tegal.

Pada tanggal xx Juli 2016 saya bersama teman saya yang bernama K nekat berangkat berdua dari Tegal ke Karawang untuk mencari pekerjaan. Di Karawang saya tinggal di kontrakan teman K. Di sana kami mencari lowongan pekerjaan. Dan pada akhirnya teman saya mempunyai kenalan lewat dunia maya yang mengaku bisa memasukkan saya dan teman saya kerja asalkan ada (biaya-ed) administrasinya. Di situ kita kontek-kontekan dan ketemuan di Cikarang Jababeka. Di situ saya dan teman saya dikasih tau bahwa adminya Rp2.000.000.

Dia bernama W yang mengaku sering memasukkan anak kerja di perusahaan. Tetapi di situ saya disuruh menunggu seorang temannya yang mengantarkan ke tempat pekerjaan dan mengurusi aku dia mengaku namanya T. Setelah menunggu beberapa menit T pun datang dan memperkenalkan diri yang mengaku mantan TNI. Dan ngasih tau bahwa ada loker di PT. Nanbu Plastic Indonesia. Aku dan temanku pun merasa senang. Tetapi itu tidak berlangsung lama karena menurut T teman saya K tidak masuk kriteria PT. Nanbu Plastik Indonesia karena terlalu pendek dengan tinggi badan 143. Sedangkan aku masuk kriteria karena tinggi 153. Dengan berat hati kami pun berpisah karena K ditawari di PT lain. Sesudah pertemuan itu kami pun berencana pulang ke Karawang, mengingat kami masih ngontrak di sana.

Tetapi T melarangku pulang karena katanya tesnya besok. Wah, disitu kami cukup kaget, karena secepat itu dan tidak ada persiapan dari diriku pribadi. Pada awalnya aku tidak mau dan berencana membatalkannya. Tetapi temanku meyakinkanku karena mengingat mencari pekerjaan itu sangat sulit dan butuh waktu lama. Dan menurut dia ini adalah kesempatan dan kami nggak enak juga numpang terlalu lama di Karawang. Aku pun memberanikan diri.

Akhirnya temanku pulang ke Karawang dengan meninggalkan aku sendiri di situ tak lupa dia ambil duit dulu Rp.500.000 buat pegangan aku karena aku cuma bawa duit buat ongkos angkot Karawang-Cikarang.

Sekitar pukul 13.00 siang saya dibawa T ke suatu rumah yang dia disebut basecamp di wilayah Cibuntu, Cibitung. Sesampainya di basecamp ternyata banyak anak-anak cowok yang katanya sedang nunggu panggilan kerja. Di situ saya bercengkrama dengan T dan orang-orang yang baru aku kenal di situ. Di situ pun T meyakinkanku dan pencari kerja yang lain. Aku merasa yakin. Saya disuruh tidur dan menginap sementara di rumah atau lebih tepatnya kontrakan istrinya yang berada di Setu Kawasan Batik. Aku pun menunggu istrinya pulang kerja, karena istrinya bekerja di PT yang pulang jam 05.00 sore. Tetapi rencana itu tak jadi karena pak T itu dapat telepon dari seseorang yang aku dengar namanya itu Pak H dan kata Pak T, Pak H itu seorang HRD yang menyuruh T membawaku ke kantor untuk tes. Aku pun cukup kaget dan merasa takut karena setauku gak ada tes untuk berkerja pada malam hari.

Dan Pak H itu menyuruh Pak T ke kantor jam 06.00 sore tetapi akupun tak sendirian ternyata. Pak T menghubungi beberapa anak cewek yang kudengar mereka pun pada mau bekerja di PT. Nanbu.

Aku dan Pak T pun ketemu dengan Pak H dan teman-teman di depan McDonalds di wilayah tersebut (kawasan Jababeka 2-ed). Dan aku dan teman-teman di bawa Pak H ke kantor. Yang aku kira itu kantor PT (perusahaan) karena setauku Pak H itu HRD PT. Nanbu. Tetapi itu salah ternyata aku di bawa ke suatu gedung yang seperti ruko-ruko tetapi bukan ruko dan itulah kantornya dan ternyata itu PT Mardizu Sejahtera. Di situ aku di suruh mengisi formulir dan dikasih tau bahwa Mardizu itu yang menaungiku dan kerjanya itu di PT Nanbu dan di situ saya kasih tahu bahwa gaji pokoknya itu Rp. 2.900.000. Belum lemburan dan magang 3 bulan setelah itu kontrak PT untuk satu tahun. Masuk kerja jam 08.00 pagi pulang jam 05.00 kalau tidak ada lembur dan ada jemputan yang disediakan Mardizu dengan memotong gajiku sebesar Rp 400.000. Jadi gaji bersihku selama magang gaji pokoknya Rp. 2.500.000 belum termasuk lembur. Dan di situ saya di kasih seragam dan topi sebelum pulang.

Tanggal xx Juli 2016 aku mulai masuk kerja di Nanbu tanpa tes apapun dan interview apapun dari pihak PT. Mardizu yang tak lain adalah perusahaan penyalur dan dari PT Nanbu yang sekarang aku bekerja. Aku menginap di rumah istri Pak T yang di Setu dengan seadanya. Ya, karena aku belum sempat pulang ke Karawang untuk mengambil keperluanku. Bahkan aku pun cuma memegang duit Rp. 4000, karena semalam duitku yang Rp. 500.000 diminta T karena katanya untuk biaya masuk. Pagi harinya Pak T menjemputku di rumah istrinya untuk mengantarkanku di Jarakosta tempat titik jemputan PT Mardizu yang ke PT. Nanbu.

Di perusahaan, kami di kumpulkan di kantin PT Nanbu dan diberi arahan oleh HRD sesungguhnya PT Nanbu. Dan kami disuruh masuk dan diajari caranya meng-cutting (memotong) produk dan ternyata kami langsung bekerja tanpa teori-teori dan pelajaran bahkan di hari pertama aku masuk bekerja, aku langsung lembur. Dan gaji pertamaku dari tanggal 15 dan tutup buku tanggal 20  adalah Rp. 552.000.

Agustus 2016

R

Catatan:

  • Tulisan ini telah diedit seperlunya. Sejumlah informasi dirahasiakan demi kepentingan penulis
  • Kontrak kerja satu tahun yang dijanjikan tidak pernah diberikan. Magang tersebut ternyata hanya berdurasi selama tiga bulan. Pada akhirnya penulis dikenai pemutusan hubungan kerja (PHK) saat melaporkan kasus pelanggaran pemagangan ke Dinas Tenaga Kerja.

1 tanggapan pada “Bayar Calo Tenaga Kerja hingga Uang di Saku Sisa Rp4.000”

Tinggalkan Balasan