Solidaritas.net – Meski bekerja di perusahaan besar dan kaya sekalipun, ternyata tidak menjamin para buruh mendapatkan kenyamanan kerja yang layak. Ini terbukti dengan kondisi kerja yang dialami oleh para buruh pabrik Apple di Tiongkok. Mereka mendapat perlakuan yang buruk dalam peraturan kerja yang diterapkan oleh perusahaan tersebut.
Hal ini terungkap dalam penyamaran yang dilakukan sejumlah reporter dari stasiun televisi BBC. Mereka menyamar sebagai buruh dan bekerja di pabrik-pabrik Pegatron di tepian kota Shanghai, yang membuat produk-produk Apple di Tiongkok. Ternyata para buruh tersebut terpaksa harus bekerja melebihi ketentuan 60 jam seminggu, seperti yang diatur oleh Apple.
Mereka bekerja pada waktu shift dengan durasi 12 jam, sehingga membuatnya sering kelelahan hingga kerap tertidur. Mereka juga tidak punya pilihan saat harus bekerja hingga malam atau sambil berdiri. Selain itu, hasil investigasi tersebut juga mengungkap bahwa standar kartu identitas, asrama, ruang rapat dan batas usia buruh juga telah dilanggar.
“Saya harus bekerja selama 18 hari berturut-turut walaupun sudah berulang kali meminta libur,” kata seorang reporter yang menyamar sebagai buruh di pabrik pembuatan suku cadang komputer Apple, seperti dikutip dari portal AntaraNews.com, Sabtu (10/01/2015).
Sementara itu, reporter lain yang menyamar di sana menceritakan pernah mendapatkan waktu shift kerja terpanjang mencapai 16 jam, sehingga membuatnya merasa sangat lelah.
“Setiap pulang ke asrama, saya sudah tidak ingin untuk bergerak lagi. Bahkan jika lapar, saya kesulitan bangun. Saya cuma ingin berbaring serta istirahat. Saya juga tidak bisa tidur karena tertekan,” ungkap reporter itu pula, seperti dikutip dari website Kompas.com.
Investigasi tersebut ditayangkan dalam program “Panorama” dengan judul “Apple’s Broken Promises” di BBC. Melihat tayangan mengenai kondisi kesehatan dan keamanan di pabrik Pegatron di mana para buruh disuruh menjawab secara serempak tersebut, sepertinya sedikit sekali kemungkinan stasiun penyiaran itu berbohong mengenai hasil reportasenya.
BBC pun menyebut bahwa janji Apple untuk melindungi karyawan menyusul bunuh diri di pabrik Foxconn pada tahun 2010 lalu, ternyata telah berulang kali dilanggar oleh mereka dan perusahaan rekanannya. Namun, pihak Apple langsung membantahnya dengan mengeluarkan pernyataan tidak setuju terhadap kesimpulan dalam tayangan BBC tersebut.
“Kami khawatir tak ada perusahaan yang melakukan sebanyak yang dilakukan Apple dalam memastikan kondisi kerja yang adil dan aman,” kata pihak Apple pula kepada stasiun BBC.
Apple mengatakan mereka selalu memantau jam kerja para pekerja di pabrik rekanannya. Menurut mereka, para pekerja di pabrik Pegatron bekerja dengan waktu rata-rata 55 jam dalam seminggu. Namun, perusahaan teknologi raksasa dari California itu menyampaikan pernyataan pada kesempatan berbeda, karena menolak diwawancara untuk program itu.
Sebelumnya, Apple sempat disorot akibat kasus bunuh diri di pabrik Foxconn, yang juga berlokasi di Tiongkok. Pemicu kasus bunuh diri itu dikaitkan dengan pekerjanya yang harus bekerja selama 12 jam sehari. Pasca kasus tersebut, Apple mengirimkan seorang pengawas independen dari Asosiasi Tenaga Kerja AS untuk melakukan audit, sehingga Foxconn pun mulai melakukan perubahan dengan menaikkan gaji buruhnya dan mengurangi jam kerja.
https://www.youtube.com/watch?v=kSvT02q4h40
***