Jakarta –
Lebih
dari 3000 orang ambil bagian dalam pawai dan karnaval kreatif yang dihelat oleh
Koalisi Break Free yaitu WALHI, Greenpeace, dan JATAM. Aksi damai ini bertujuan mendesak pemerintah Indonesia
untuk menghentikan kecanduan energi fosil terutama batubara sebagai sumber
energi.
Massa Break Free (Foto: greenpeace.org) |
Juga menagih komitmen pemerintah terkait
penurunan emisi Indonesia dalam kesepakatan Iklim Paris tahun lalu, dengan
beralih pada sumber-sumber energi terbarukan yang bersih dan berkelanjutan.
revolusioner untuk transisi dari bahan bakar fosil sekaligus memberdayakan
masyarakat di garis depan perubahan iklim dengan sumber daya yang mereka
butuhkan untuk menanggapi krisis.
WALHI, Nur Hidaayati menuturkan, ini adalah saat yang tepat bagi pemerintah
Indonesia untuk berhenti meracuni anak bangsa dengan pencemaran dari
PLTU batu bara dan menanam benih penyakit yang akan berdampak juga
bagi generasi yang akan datang.
“Hanya dibutuhkan niat politik yang kuat dari
Presiden RI untuk melakukan lompatan revolusioner menuju pemanfaatan energi
bersih dan terbarukan yang melimpah, yang tidak hanya menjawab kebutuhan bagi
rakyat kecil di pelosok nusantara, namun juga perbaikan kondisi sosial ekologis
bagi bangsa, dan
memastikan perlindungan keselamatan warga negara,” tutur Nur.
energi fosil terutama batubara, bukanlah pondasi yang kokoh sebagai upaya
menjamin kedaulatan dan ketahanan energi. Tak tergantikan, terbatas dan sangat
berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, bahkan ketersedian pasokannya
akan mengganggu kestabilan ekonomi di kemudian hari. Energi terbarukanlah, masa
depan kedaulatan dan ketahanan energi sejatinya.
Ribuan orang yang terlibat dalam pawai dan karnaval
damai ini terdiri dari berbagai komunitas yang tinggal di perkotaan, mahasiswa,
masyarakat umum serta masyarakat korban industri batubara –mulai dari kawasan pertambangan, PLTU, dan pelabuhan
batubara- dari berbagai daerah di Indonesia.
sekitar pertambangan batubara di Kalimantan Timur, Bengkulu, Kalimantan
Selatan, Sumatera Selatan dan masyarakat yang terpapar dampak negatif dari
keberadaan PLTU batubara di Pelabuhan Ratu, Labuan, Indramayu, Cirebon turut
dalam pawai tersebut. Terlibat juga ribuan perwakilan masyarakat Batang yang
sudah berjuang hampir lima tahun dalam menentang rencana pembangunan mega
proyek PLTU batubara di desa mereka.
Aksi Break Free. Foto: GreenPeace. |
Sebelum massa bergerak ke arah Istana Negara, gabungan masyarakat korban pertambangan dan
pembangkit listrik batu bara dari berbagai daerah di seluruh Indonesia
melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.
Itu karena pemerintah Jepang, melalui JBIC (Japan Bank for International Cooperation),
JICA (Japan International
Cooperation Agency) dan perusahaan-perusahaannya merupakan salah satu
pihak utama yang terlibat dalam mendanai ekspansi masif industri batu bara di Indonesia. Massa aksi mendesak
agar pemerintah Jepang segera menghentikan investasi kotornya di negeri ini.