Solidaritas.Net, Nasional–Konsolidasi Nasional Aliansi Buruh se Indonesia, Senin (30/9), di Gedung Juang Jakarta, menghasilkan kesepakatan buruh akan melakukan mogok nasional pada tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 2013. Konsolidasi ini dihadiri oleh sekitar 50 elemen buruh nasional, 100 elemen buruh daerah kota/kabupaten dan anggota dewan pengupahan dari 100 kabupaten.
Para peserta konsolidasi tersebut juga menyepakati tuntutan bersama kenaikan upah minimum sebesar 50 persen secara nasional. Selanjutnya, massa melanjutkan aksi jalan kaki ke kantor Gubernur Jakarta untuk menyampaikan tuntutan kenaikan upah minimum Rp3,7 juta untuk DKI Jakarta.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPI), Said Iqbal menegaskan mogok nasional pasti dilaksanakan. “Jumlahnya sekitar tiga jutaan orang di 200 Kabupaten-Kota. Kita akan tingkatkan dan di 20 propinsi. Mogok pelabuhan seluruh Indonesia, bandara-bandara, kantor-kantor, pabrik-pabrik pasti akan terjadi,” jelas Iqbal, dilansir dari Antara News.
Selain soal upah, buruh juga menuntut pembelakuan 84 item Kebutuhan Hidup Layak (KHL), jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat, dan penghapusan outsourcing.
Rencana buruh ini ditanggapi cuek oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sofyan Wanandi. Bagi Wanandi, ancaman mogok kerja buruh tidak pernah kesampaian selama ini. Ia bahkan berani mengatakan KSPI hanya sebagian kecil dari mayoritas buruh.
“Kalau dia mau mogok, kita nggak bisa apa. Nggak banyak Said Iqbal punya buruh. Mereka paling banyak mobil dan elektronika. Kita sudah nanya ke buruh kita, selama ini juga rencana mogok nggak ada yang jadi, silahkan saja mogok produksi, tapi siapa yang mau bayar buruh nanti,” ujar Sofyan kepada detikFinance, Senin (30/9/2013).
Menurut Panglima Nasional Federasi Pekerja Industri Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FKI SPSI-Federasi), Agus Ahmad Sudrajat mengatakan Wanandi sedang percaya diri menghadapi aksi-aksi buruh karena belakangan pengusaha merasa menang dari buruh. Agus juga menyerukan agar buruh melawan tantangan ini dengan sepenuh hati.
“Sekarang yang harus kita lakukan adalah menjawab tantangan Sofyan Wanandi dengan melakukan monas (mogok nasional) yang sebenarnya. Dan ingat, bukan potong cuti atau ganti hari,” tandasnya, Senin (1/10) di media jejaring sosial Facebook.
***
Foto: Ardiansyah Saputra