Buruh Australia Aksi Turun ke Jalan Protes Kebijakan PM Abbott

Solidaritas.net, Australia – Pelanggaran terhadap hak-hak pekerja, termasuk kaum buruh, ternyata tidak hanya banyak terjadi di Indonesia saja. Di luar negeri, bahkan di negara-negara maju sekalipun, ternyata juga tak sedikit terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak pekerja. Masalah seperti ini pula yang terjadi pada para pekerja, termasuk kaum buruh Australia.

buruh australia protes maret 2015
Buruh di Australia memprotes kebijakan pemerintah, 4 Maret 2015. (Sumber: instagram.com/cpsunion)

Menanggapi permasalahan ini, ribuan orang yang tergabung dalam berbagai serikat buruh di Negeri Kanguru itu pun melakukan aksi turun ke jalan, Rabu (04/03/2015). Kaum buruh itu melakukan aksi unjuk rasa tersebut yang terpusat di Melbourne dan Sydney, dalam rangka memprotes pemerintahan Australia yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Tony Abbott.

Menurut Ketua Australian Council of Trade Unions (ACTU) David Oliver, aksi unjuk rasa yang dilakukan di sejumlah kota besar di Australia itu dan juga diikuti oleh kelompok pekerja profesi lainnya dan masyarakat, dimaksudkan untuk mengirim pesan kepada pemerintah. Mereka menuding pemerintahan PM Tony Abbott telah menyerang hak-hak kaum buruh.

“Hari ini gerakan buruh bersama warga masyarakat mengirim pesan kuat pada pemerintah bahwa kami tidak akan tinggal diam dan membiarkan Tony Abbott membawa negara ini ke arah yang salah. Kami tidak akan tinggal diam dan membiarkan hak-hak pekerja diserang, membiarkan standar hidup merosot di negara ini,” ungkap Oliver seperti dilansir Detik.com.

Oliver memberikan salah satu contoh, seperti kebijakan yang telah dikeluarkan oleh badan pengawas buruh bangunan ABCC. Lembaga tersebut memperingatkan para pekerja yang ikut melakukan aksi unjuk rasa tanpa dapat izin dari pengusaha yang mempekerjakannya, maka bisa diancam denda uang hingga mencapai 10.200 dolar AS, atau sekitar Rp 120 juta.

“ABCC coba mem-bully dan mengintimidasi para pekerja dan mendorong majikan untuk menggugat pekerjanya sendiri yang turut berdemo,” jelas Oliver lagi kepada wartawan.

Salah seorang peserta aksi unjuk rasa, Steve Ellis mengatakan, mereka yang merupakan buruh konstruksi merasa terlalu banyak serangan atas hak-hak mereka sebagai buruh yang dilakukan oleh pemerintah. Dia meyakinkan mereka tidak akan tinggal diam begitu saja menerima perlakukan dari pemerintah tersebut, sehingga aksi ini bisa akan terus berlanjut.

Aksi unjuk rasa ini sendiri tidak hanya diikuti oleh para buruh. Selain mereka, kalangan perawat, guru, hingga pekerja transportasi dan konstruksi ternyata juga ikut turun ke jalan di kawasan Macquarie Street, Sydnedy. Tuntutan mereka juga sama, yakni memprotes kebijakan pemerintah yang telah menyerang hak-hak kaum pekerja terkait kerja lembur.

Seperti salah seorang peserta demo dari kalangan guru di Melbourne, Michael Pace, mengatakan dia ikut dalam aksi unjuk rasa ini untuk menuntut tambahan dana pendidikan.

“Saya mengajar anak-anak dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dan mengalami kesulitan belajar. Tambahan dana itu akan memungkinkan adanya tambahan 17 guru di sekolah kami,” tambah Pace pula terkait tuntutan mereka dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Tinggalkan Balasan