Solidaritas.net | India – Sejak perusahaan Foxconn menghentikan produksi pada 22 Desember lalu, para pekerja melakukan demonstrasi besar-besaran. Pihak manajemen yang berasal Taiwan dan pihak pekerja melakukan perundingan yang telah memasuki perundingan kelima kalinya pada hari ini, di hadapan Asisten Komisi Tenaga Kerja di salah satu fasilitas perusahaan di Sriperumbdur, pinggiran kota Chennai, Rabu (31/12/2014). Namun, perundingan ini gagal karena kedua belah pihak bersikukuh pada pendirian masing-masing. Itulah kejamnya Foxconn sebagai salah satu perusahaan di era kapitalisme.
Manajemen beralasan tidak bisa memberikan pekerjaan karena perusahaan tidak menerima order lagi. Sementara, perwakilan serikat pekerja menolak menerima pesangon, mereka ingin tetap bekerja.
Perundingan selanjutnya dijadwalkan pada tanggal 9 Januari 2015. Menjelang perundingan, pihak serikat pekerja mengancam akan menerobos pintu gerbang pabrik.
Pihak manajemen dan departemen tenaga kerja Foxconn menolak untuk memberikan tanggapan. Di sisi lain, Presiden serikat pekerja Foxconn India E Muthukumar mengatakan, “perundingan hari ini gagal dan kami mendesak Departemen Tenaga Kerja untuk menggunakan UU Ketenagakerjaan pasal 10-B,” dilansir dari Business-standard.com.
Undang-Undang ini memungkinkan negara meminta pada perusahaan untuk menjalankan dalam keadaan yang tidak biasa. Menurut pasal ini, pemerintah juga dapat meminta pekerja untuk menghentikan protes dan kedua belah pihak melakukan mediasi agar mencapai solusi perdamaian.
Serikat pekerja mengatakan akan kembali menerobos gerbang pabrik. Sebelumnya, pada 29 Desember, 250 pekerja mencoba untuk merusak gerbang pabrik, namun 168 dari mereka ditangkap polisi.
Pihak kepolisian setempat menyebutkan para pekerja ditahan sebagai tindakan pencegahan, dan akan dibebaskan dengan jaminan pada malam hari nanti.
Foxconn menutup pabriknya dengan alasan kekurangan order. Pelanggan utamanya adalah Nokia yang berhenti beroperasi sejak 1 November 2014 lalu.
Sejak bulan Maret, perusahaan menghadapi situasi di mana perusahaan tidak mampu memberikan pekerjaan reguler untuk sekitar 100 pekerja, kemudian terus meningkat menjadi 850 pekerja. Namun, menurut pihak perusahaan, gaji tetap dibayar. Foxconn mampu menyerap sekitar 8000 buruh dalam kondisi normal.
(Baca selanjutnya di halaman 2)
Kekejaman Foxconn di Era Kapitalisme
Pabrik Foxconn terkenal kejam terhadap buruhnya, khusus di Cina. Dilaporkan oleh New York Times, buruh Foxconn di Cina dipaksa kerja lembur berlebihan tanpa hari libur dalam seminggu, tinggal berjejal dalam asrama yang penuh sesak, serta berdiri terlalu lama sehingga kaki bengkak dan nyaris tidak bisa berjalan setelah kerja shift selama 24 jam. Itulah kehidupan sejumlah buruh yang mengaku bahwa mereka berkerja di pusat-pusat pabrik Apple di China. Perusahaan-perusahaan pemasok Apple itu juga diduga membuang limbah berbahaya secara serampangan dan punya rekor yang tidak bagus.
Hampir 140 pekerja cedera di sebuah perusahaan pemasok di China dua tahun lalu karena menggunakan bahan kimia beracun untuk membersihkan layar iPhone, sementara dua ledakan tahun lalu menewaskan empat orang dan melukai lebih dari 75 orang lainnya. Pada tahun 2009, tercatat 19 pekerja mencoba bunuh diri hingga sekeliling asrama harus dipasangi jaring untuk mencegahnya.
Kapitalisme memiliki ciri menghisap, meluas, dan mengakumulasi keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan segelintir pemilik modal. Sementara buruhnya mengalami kondisi yang kerja buruk, Apple mengumumkan keuntungan yang melonjak senilai 13 miliar dollar AS dalam penjualan sebesar 46 miliar pada kuartal terakhir tahun 2012 lalu. Pabrik-pabrik Foxconn yang pusatnya di Taiwan adalah perusahaan produsen barang-barang elekronik bermerk terkenal seperti Nokia dan Apple yang ada di mana-mana dan terus meluas. Foxconn ada di Cina, Republik Ceko, India, Vietnam, dan bahkan akan segera membuka cabang di Indonesia pada tahun 2015 nanti.
Foxconn terkenal sebagai perusahaan outsourcing yang populer karena mampu memproduksi barang-barang elektronik pesanan perusahaan-perusahaan Eropa dan AS dengan murah tapi berkualitas bagus yang didapatkan dengan cara mengurangi kesejahteraan buruhnya secara besar-besaran. Pabrik terbesar berada di Cina dan Republik Ceko.
Tahun 2012, tercatat Foxconn mempekerjakan lebih dari 1,2 juta buruh di seluruh dunia dan mendapatkan keuntungan USD 2,2 miliar pada tahun 2010 sebagaimana dilaporkan oleh Majalah Fortune.