Solidaritas.net, Karawang – Buruh Serikat Pekerja Anggota-Federasi Serikat Pekerja Singaperbangsa (SPA-FSPS) menonton film No Volveran di Sekretariat SPA-FSPS Jl Interchange Nomor 4 Tol Karawang Timur Desa Anggadita Kec Klari Kab Karawang, Minggu (24/5/2015). Kegiatan nonton film ini adalah rangakian dari kegiatan pendidikan pembukuan keuangan perusahaan yang dibawakan oleh Danial Indrakusuma.
Selama kurang lebih dua jam, 20 buruh SPA FSPS dengan antusias menyaksikan film No Volverian, film yang menceritakan kondisi buruh di Venezuela.
Salah satu buruh yang juga anggota biro hukum dan HAM SPA FSPS PT Taiho Nusantara, Ahmad Wahyudi mengatakan melalui kegiatan pemutaran film tersebut dapat diketahui kondisi perburuhan di Venezuela yang jauh berbeda dengan kondisi perburuhan di Indonesia.
Misalnya, di Venezuela, pemerintah memberikan upah kepada istri buruh meskipun tidak turut bekerja di pabrik ataupun perusahaan karena pekerjaan domestik seorang istri dianggap mendukung pekerjaan suami di ranah publik.
“Di Venezuela istri buruh diupah sama dengan upah suaminya meskipun tidak ikut bekerja di pabrik karena pekerjaan istri buruh diranah domestik dianggap sebagai wujud dukungan terhadap pekerjaan suami,” katanya
Bagi Wahyudi, ketika buruh sudah menonton No Volveran maka mulai saat itu juga buruh sudah harus memikirkan cara-cara menguasai lembaga-lembaga penting seperti yang dijelaskan oleh Danial Indrakusuma.
“yaitu menguasai lembaga kepolisian untuk sepenuhnya menjadi lembaga yang melayani masyarakat, menguasai perusahaan atau nasionalisasi perusahaan, dan yang terpenting adalah cara buruh menguasai negara dan seutuhnya menjadi pelayan masyarakat agar tidak ada lagi rakyat yang menderita,” uangkapnya dengan penuh semangat.
Wahyudi juga menerangkan beberapa pelajaran penting lainnya dari No Volveran yang harus dijadikan acuan oleh buruh-buruh di Indonesia, yaitu buruh harus memikirkan cara-cara menyatukan gerakan buruh dari berbagai aliansi secara demokratis untuk menemukan pemimpin dari kalangan buruh sendiri.
Ia juga menjelaskan, mendorong satu orang tersebut hingga menjadi presiden bukanlah dengan cara meleburkan diri pada partai borjuis karena baginya cara tersebut belum tentu menjadikan seseorang tersebut amanah atas tanggung jawabnya kepada rakyat.
“Oleh karena itu, buruh harus membentuk partai sendiri,” tegasnya.