Solidaritas.net – Kasus diskriminasi gender ternyata masih banyak dialami oleh para pekerja perempuan di Indonesia. Para perempuan memang sering kali mendapatkan perlakuan yang tidak layak bagi seorang kaum hawa di tempat kerja. Tak jarang mereka diperlakukan sama seperti kaum laki-laki, meski padahal secara fisik sudah jelas mereka sangat jauh berbeda.

Untuk menyuarakan permasalahan tersebut, sejumlah buruh perempuan yang tergabung dalam Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) pun menggelar aksi unjuk rasa bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional, Minggu (08/03/2015). Para buruh perempuan tersebut memanfaatkan kegiatan car free day Jakarta yang digelar di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, untuk menyampaikan aspirasi mereka itu.
Dalam aksi unjuk rasa yang berjalan damai itu, para buruh perempuan tersebut meminta kesetaraan hak di tempat kerja dan menolak diskriminasi perlakuan terhadap perempuan. Menurut Ketua FBLP Jumisih, juga banyak buruh perempuan yang memiliki orientasi seksual berbeda mengalami tekanan di tempatnya bekerja. Padahal, memperoleh kenyamanan atas orientasi seksual merupakan salah satu hak yang semestinya diberikan oleh perusahaan.
“Kami juga punya komunitas lesbian untuk buruh makanya kami bela,” ungkap Jumisih saat ditemui wartawan di Bundaran HI, Minggu (08/03/2015), seperti dilansir Kompas.com.
Ditambahkannya, bentuk diskriminasi yang diterima oleh para buruh perempuan ini bahkan sudah terjadi sejak sebelum mereka bekerja di perusahaan tersebut. Misalnya, kata Jumisih, calon buruh perempuan tersebut menerima tekanan saat akan melakukan wawancara kerja dengan pihak manajemen perusahaan, yang memperlakukan mereka sama seperti laki-laki.
“Begitu melamar, kan penampilannya seperti laki-laki. Waktu interview dibilang ‘Kamu borongan saja, tidak usah kontrak. Belum tentu juga di perusahaan lain diterima’,” katanya.
Selain itu, masih menurut Jumisih, tekanan juga datang dari buruh lainnya yang bekerja di tempat sama. Buruh perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki tersbeut sering diolok-olok oleh sesama buruh. Bahkan, tidak jarang mereka dianggap tidak sebagai perempuan. Oleh karena itu, Jumisih dan para buruh perempuan terus memperjuangkan hak mereka.
“Makanya kita ada organisasi yang mewadahi buruh lesbian, supaya mereka merasa ada yang membela,” tandasnya menegaskan akan terus berjuang demi hak buruh perempuan.
Sebelumnya, beberapa organisasi buruh lainnya juga ikut memperingati Hari Perempuan Internasional dengan menggelar aksi unjuk rasa. Di antara mereka adalah kaum buruh perempuan yang tergabung dalam Komite Persatuan Perjuangan International Women’s Day (KPPIWD) dan Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI). Mereka menolak keras agenda pasar bebas yang telah dibungkus dalam program Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
“Agenda MEA banyak merugikan Indonesia, khususnya bagi buruh,” ujar salah seorang buruh perempuan, Qori dalam orasinya pada aksi unjuk rasa yang digelar di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta itu, Minggu (08/03/2015), seperti dikutip dari portal Okezone.com.