Semarang – Perjuangan para buruh PT Nyonya Meneer dalam menuntut pembayaran gaji mereka selama lima bulan terakhir, terus berlanjut. Pada Senin (27/06/2016) malam, massa buruh pabrik jamu tertua di Jawa Tengah (Jateng) sejak tahun 1919 itu melakukan aksi unjuk rasa dengan mendirikan tenda keprihatinan di depan pabrik, Jalan Kaligawe, Semarang, karena belum adanya kejelasan nasib mereka. Mereka pun sempat tidur di tenda tersebut hingga Selasa (28/06/2016) pagi. Hingga siang hari, sekitar ratusan buruh masih terlihat duduk-duduk dan tiduran di tenda yang terbuat dari terpal bekas iklan tersebut.
Buruh PT Nyonya Meneer saat di tenda keprihatinan, tepat di depan pabrik jamu tersebut. Foto: SuaraMerdeka.com |
“Para pekerja ini bahkan akan nekat terus menginap di tenda ini sampai tuntutan mereka dipenuhi,” ungkap Kurniawan Dwi Prasetyo dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang menjadi pendamping buruh PT Nyonya Meneer dalam aksi mereka tersebut, seperti dikutip dari portal berita SuaraMerdeka.com, Selasa (28/06/2016).
Pada waktu yang bersamaan, sekitar 15 perwakilan para buruh tersebut mendatangi kantor Gubernur Jateng dan menemui Gubernur Ganjar Pranowo, menanyakan proses mediasi penyelesaian pembayaran gaji yang telah terlambat selama 15 minggu tersebut dan uang Tunjangan Hari Raya (THR). Massa buruh itu sebenarnya sudah beberapa kali melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang, namun masih belum mendapatkan respon. Begitu pula aksi mereka di depan pabrik PT Nyonya Meneer.
Sehari sebelumnya, Senin (27/06/2016), sekitar seribuan buruh tersebut juga menggelar aksi dengan turun ke Jalan Raden Patah, Semarang, di depan pabrik PT Nyonya Meneer. Dalam aksi itu, mereka nekat memblokade jalan dengan duduk di jalan raya, sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh kaum buruh yang didominasi wanita paruh baya itu nyaris berakhir ricuh, ketika sejumlah petugas kepolisian memaksa kendaraan roda empat dan roda dua tetap melewati massa buruh yang enggan beranjak dari posisinya. Petugas kepolisian akhirnya mengalihkan jalur lalu lintas tersebut.
“Kita gak mau pergi sampai pintu kantor PT Nyonya Meneer dibuka. Kita dijanjikan akan dibayar hari ini,” ungkap salah seorang buruh, Siti (53 tahun) yang sudah bekerja 38 tahun.
“Terakhir kita dijanjikan akan dibayar hari ini full. Tapi, kok tadi dengar kita, cuma mau dibayar satu bulan gaji, dan uang THR cuma keluar 15 persen atau Rp 200 ribu,” tambah Ningsih (50 tahun) pula, buruh lainnya yang sudah bekerja selama 33 tahun di pabrik itu.