Solidaritas.Net, Nasional—Seruan boikot Sari Roti beredar di media sosial Facebook. Seruan tersebut dipicu tindakan pihak pengusaha yang mendiskualifikasi 633 buruh secara sepihak. Sari Roti diproduksi oleh PT Nippon Indosari Copindo (NIC) Tbk.
Akun Federasi Pekerja Industri Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FKI-SPSI) mengunggah gambar yang bertuliskan “Boikot Produk Sari Roti” dan “633 Buruh Sari Roti Selama 5 Bulan Tidak Digaji”. Sampai dengan berita ini ditulis, gambar ini telah dibagikan sebanyak 218 kali.
Seruan ini mendapatkan banyak dukungan dari buruh. Di antaranya dari akun bernama Aqcyankchipa Dhiva, “Ya saya mendukung para buruh yang di phk secepatnya lah boikot sari roti.”
“siap dukung boikot produk sari roti…” tulis akun Yono Choy.
Penulis buku fiksi laris, Ken Ndaru ikut membagikan gambar tersebut sembari berkomentar, “Bisakah perusahaan Indonesia mendapat profit tanpa menelantarkan hak-hak buruhnya?”
Boikot dilakukan karena sudah lima bulan, buruh Sari Roti tidak menerima gaji dan tanpa kejelasan status, diterlantarkan begitu saja. Buruh menuntut agar dipekerjakan kembali.
Salah seorang buruh PT NIC, Taufik menyatakan sejak awal pengusaha PT NIC melakukan pelanggaran dengan menempatkan buruh outsourcing di bagian produksi utama sejak tahun 2006. Hal ini bertentangan dengan Pasal 66 ayat 1 UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Selain itu, manajemen PT NIC juga dinilai melakukan pemberangusan serikat pekerja.
“Manajemen PT NIC melakukan mutasi berkedok promosi ke luar pulau Jawa kepada dua orang pekerja yang notabene dua orang pekerja ini adalah mantan pengurus PUK SPSI yang akan memperkenalkan serikat pekerja baru,” ujar Taufik saat Konsolidasi Nasional Aliansi Buruh se Indonesia, Senin (30/09), di Gedung Juang Jakarta.
Bertentangan dengan nasib buruhnya, PT NIC sukses besar meningkatkan penjualan dan keuntungannya sebesar 30 persen dari Rp153 miliar menjadi Rp199 miliar pada tahun 2012. Produksi meningkat dari dua juta menjadi tiga juta pieces per hari.
Pada tahun itu juga, perusahaan membangun dua pabrik baru di Palembang dan Makassar serta menambah masing-masing satu lini mesin pada tiga pabrik yang sudah ada di Pasuruan Semarang dan Medan.
“Perluasan perusahaan itu juga karena kontribusi kami yang sudah lama bekerja,” kata Fitri, buruh PT NIC lainnya.