Solidaritas.net – Sejumlah hasil penelitian telah berkali-kali menunjukkan hubungan antara bekerja pada shift malam dengan peningkatakan risiko terkena masalah pertambahan berat badan secara drastis hingga menjadi obesitas. Masalah obesitas ini biasanya disebabkan oleh kebiasaan para pekerja shift malam, termasuk kaum buruh, yang selalu makan secara berlebihan agar tetap terjaga pada malam hari, bahkan dengan makanan yang tidak sehat.

Namun, kebiasaan makan dengan porsi yang berlebihan dan dengan makanan yang belum tentu sehat pada malam hari itu ternyata tidak hanya dilakukan oleh para buruh yang bekerja pada shift malam. Tetapi, para buruh yang bekerja pada siang hari juga tak sedikit dan seringkali tidak memperhatikan porsi serta kandungan gizi dan nutrisi makanan. Belum lagi, fakta bahwa kaum buruh memang masih kurang diperhatikan kesehatannya.
Makanya, bukan tidak mungkin masalah obesitas juga banyak dialami oleh para buruh yang bukan bekerja pada jadwal shift malam. Meski tidak ada data pasti mengenai jumlah buruh di Indonesia yang mengalami obesitas, namun tetap saja masalah kesehatan ini harus jadi perhatian para buruh. Pasalnya, obesitas tidak hanya bisa menyebabkan berbagai penyakit lainnya, termasuk penyakit jantung, tetapi juga dapat berpengaruh terhadap kinerja buruh.
Baru-baru ini, seperti dikutip dari US Health News, salah satu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan fakta bahwa para pekerja, termasuk kaum buruh yang mengalami obesitas ternyata lebih sering absen bekerja, dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa pekerja yang punya masalah obesitas rata-rata tidak hadir bekerja antara satu hingga dua hari dalam setahun.
Bahkan, diketahui dalam penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti, termasuk Tatiana Andreyeva dari Yale University di New Haven, Conn., Amerika Serikat itu, ternyata tidak sedikit pula di antara pekerja yang mengalami obesitas tersebut yang absen bekerja lebih dari dua hari dalam setahun. Namun, pekerja yang punya kelebihan berat badan tapi tidak bermasalah obesitas gemuk, tidak memiliki jumlah absen hari kerja yang lebih tinggi.
Selain fakta tersebut, juga terungkap bahwa masalah ini menyebabkan munculnya biaya lebih dari 8 miliar dolar AS per tahun dalam perekonomian di Amerika Serikat. Disebutkan dalam hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine edisi November 2014 itu, obesitas menyumbang rata-rata 9,3 persen dari total biaya absen kerja nasional, berkisar antara 6,5 persen hingga 12,6 persen.
“Biaya yang disebabkan obesitas dari ketidakhadiran adalah substansial dan memaksa pengurasan perhatian keuangan pada negara. Hal ini penting untuk dibahas lebih lanjut bagaimana biaya ini bervariasi di seluruh pengusaha, pekerja dan industri, dan apa kebijakan yang terbukti efektif dalam mengurangi kerugian produktivitas dari obesitas”, jelas Tatiana Andreyeva yang merupakan penulis hasil penelitian itu melalui sebuah rilis berita.
Wah, jangan sampai, ya, absen kerja karena obesitas, lebih baik absen kerja dengan dispensasi untuk mengerjakan kegiatan serikat pekerja.