Dampak Buruk Foto Selfie bagi Buruh

Solidaritas.net | Musim selfie atau foto diri dengan menggunakan kamera depan pada ponsel atau dengan memakai tongkat narsis (tongsis) masih juga marak dilakukan oleh kalangan buruh sewaktu di pabrik, saat sedang liburan atau hanya sekadar jalan-jalan, bahkan saat berdemonstrasi.

berselfie dampak buruk
Foto ilustrasi: Selfie. © Flickr.com / davejdoe
(92414546@N04)

Gejala ini rupanya membuat banyak buruh kegandrungan/terobsesi untuk beradu kemahiran dalam berselfie-ria dan menampakkan sisi individualismenya dan kepalsuan terbaiknya. Karena, dengan berselfie itu seseorang seolah-olah sudah tidak membutuhkan keberadaan orang lain dan terhanyut dalam kenikmatan sesaatnya. Seiring dengan berjalannya waktu, kini tersibaklah dampak buruk (negatif) dari kebiasaan berselfie ria itu.

Berikut paparan dampak buruh foto selfie :

1. Obsesi. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Time, orang yang terobsesi dengan selfie secara psikologi diklaim mengalami gangguan mental. Sebab, hobi memotret diri sendiri merupakan refleksi sikap yang merasa diri cantik atau tampan dan sempurna dibandingkan orang lain. Selain itu, selfie juga bukti rasa percaya diri yang rendah.

2. Respon buruk (negatif) dari lingkungan sekitar. Barangkali hasil selfie membuat penampilan Anda tampak lebih cantik atau tampan dan menarik. Namun, bagaimana dengan realitanya? Apakah Anda secantik atau setampan seperti di foto? Inilah yang akibatnya menimbulkan pertanyaan dari lingkungan sekitar mengenai diri Anda. Tidak jarang, dalam sejumlah kejadian, beberapa orang malah berakhir menjadi bahan olok-olok di media sosial.

3. Menimbulkan rasa iri. Melihat album foto selfie teman yang cantik atau tampan, secara tidak sadar, Anda jadi membandingkan diri dengan orang lain. Akhirnya, hal yang demikian pun berhasil memengaruhi kepercayaan diri Anda.

4. Krisis percaya diri. Selain masyarakat pada umumnya, sejumlah selebriti dunia juga tergila-gila dengan selfie. Mengamati para selebriti rupawan tersebut berpose begitu menawan, tak pelak menciptakan standarisasi kecantikan di luar jangkauan. Akhirnya, mode ini pun menciptakan krisis identitas pada sebagian perempuan dan laki-laki terutama yang berusia muda. Walhasil, tidak sedikit dari mereka yang melakukan langkah ekstrim seperti diet berlebihan dan operasi plastik.

5. Narsis berlebihan. Riset yang dipublikasikan oleh Psychology Today mengatakan bahwa orang yang terlalu menggemari selfie biasanya ia yang mengharapkan perhatian dan menginginkan perhatian lebih dari lingkungannya.

6. Banyak yang benci. Hasil penelitian di Inggris melaporkan bahwa banyak pertemanan dan hubungan rusak karena salah satu pihak gemar selfie. Sebab, banyak orang mengaku jemu melihat orang yang kerap berpose selfie dan mengunggahnya ke jejaring sosial.

(Baca selanjutnya di halaman 2)

Laki-Laki Selfie

Selain itu, Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Ohio State University dan sudah dipublikasikan di Journal of Personality and Individual Diffrences, laki-laki yang gemar memotret diri sendiri adalah laki-laki yang cenderung narsis dan berpotensi memiliki pribadi psikopat.

Lewat survei online yang dilakukan terhadap 800 laki-laki, penelitian ini bertanya mengenai kebiasaan laki-laki saat menggunakan jejaring sosial. Pertanyaan ini dirancang untuk mengukur tingkat obsesi terhadap diri sendiri, potensi psychopathic (segenap hal buruk, contohnya kurang tenggang rasa), dan objektifikasi diri (melihat diri sendiri, dari sudut pandang kerupawanan).

Akibatnya ditemukan bahwa ada hubungan antara ciri kepribadian laki-laki dan jumlah selfie yang diunggah. Peneliti mengatakan, laki-laki yang keseringan selfie, memiliki tingkat narsis yang sangat tinggi dan bisa berujung pada perilaku psikopat atau orang yang memiliki kelainan jiwa dan selalu menunjukkan perilaku yang menyimpang.

Kecondongan tersebut terbilang parah pada laki-laki yang gemar mengedit hasil foto agar terlihat lebih baik dari penampilan diri yang asli.

***

Tinggalkan Balasan