Di Pabrik Aku Mati Terpanggang

0

Namaku Said seorang pekerja PT Cahaya Buana Panca Sukses, pabrik kembang api yang belum lama beroperasi yang berlokasi di Desa Belimbing, Kosambi, Tanggerang, Banten.

Pagi ini tampak cerah, tanpa awan menggantung di langit. Seperti biasa, aku berpamitan kepada anak istri sebelum berangkat ke pabrik tempat bekerja.

Sama sepertiku, di jalanan yang biasa kulalui tampak pekerja yang se pabrik denganku berdesakan seperti seorang pincang memaksa lari kedalam pabrik untuk mendapat upah menutupi kebutuhan sehari-hari dan mengejar target produksi yang di patok perusahaan untuk mendulang keuntungan di momen tahun baru.

Di antara pekerjanya, kira-kira 60 persen adalah peremuan dan anak-anak. Salah satu diantaranya adalah seorang anak perempuan berusia 13 tahun tanpa kontrak kerja, tanpa aturan, tanpa jaminan kesehatan. Ia bekerja di bagian packing yang mana dibagi per kelompok dan tiapnya berisi lima orang pekerja.

Setidaknya tiap kelompok harus menyelesaikan 1.000 pack kembang api dalam sehari. Jika tidak, akan ada pemotongan upah besar-besaran. Biasanya, Rp 40 ribu upah sehari akan mendapat potongan sebesar Rp 20 ribu tiap pekerja.

Hingga kejadian mengerikan itu terjadi. Kamis pagi, tepat pukul 09.00 terdengar rentetan ledakan di ikuti kobaran api dari atas gudang yang berisi bahan baku petasan. Semua pekerja berlari menyelamatkan diri berdesakan menuju pagar besi yang berbaris runcing.

Aku dan beberapa orang pekerja memilih memanjat pagar yang tingginya 3 meter karena pintu pagar macet dan hanya terbuka seukuran orang dewasa. Di saat inilah api membakar lenganku dan memanggang tubuh kawanku yang berdesakan.

Di luar pabrik tampak kepulan asap menutup langit sampai gelap, kabar tentang ledakan dan kebakaran  tersebar cepat, badan-badan ketenagakerjaan dan lainnya datang berjalan rapih di cecar wartawan.

Mungkin, kalau-kalau perusahaan di pasangi perisai peredam suara ledakan atau perisai anti kepulan asap mungkin saja tak seheboh ini, karena semuanya tampak senyap dan bedebah-bedebah ini tak akan pernah datang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *