NTB – Tingginya angka pekerja anak di Indonesia ternyata masih belum bisa diturunkan oleh pemerintah. Fakta banyaknya para pekerja anak ini masih bisa disaksikan di seluruh daerah di Tanah Air. Begitu pula di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Setidaknya, dari 1,3 juta jiwa penduduknya, ada lebih dari 1.000 orang anak di bawah umur yang menjadi pekerja. Parahnya lagi, anak-anak tersebut malah bekerja sebagai buruh kasar. Mereka yang berusia rata-rata sekitar 12-17 tahun tersebut terpaksa menjadi buruh kasar dan meninggalkan bangku sekolah karena ada tuntutan ekonomi.
![]() |
Ilustrasi pekerja anak sebagai buruh kasar. Foto: Liputan6.com |
“Dengan umur segitu, mereka menekuni jenis pekerjaan kasar seperti bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan, pekerja tambang galian C, dan asisten atau pembantu rumah tangga,” ungkap Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Lombok Timur, Sirwan, dikutip dari Liputan6.com, Rabu (29/06/2016).
Dijelaskannya lebih lanjut, total jumlah pekerja anak di wilayah kabupatennya tersebut tercatat mencapai sebanyak 1.077 orang. Data tersebut mereka peroleh dari dua jenis pendataan yang telah dilakukan sebelumnya, yakni pendataan Program Keluarga Harapan (PKH) oleh Kementerian Sosial dengan jumlah 537 orang, dan di luar program PKH atau pendataan kabupaten di luar sasaran PKH sebanyak 540 orang. Melalui PKH sendiri, pemerintah mencoba untuk mengurangi tingginya angka pekerja anak di daerah tersebut.
Menurut Sirwan, PKH memiliki satu program, yakni program pengurangan pekerja anak. Program tersebut akan berlangsung sejak bulan Juni 2016 hingga lima bulan ke depan. Hingga saat ini, pihaknya sendiri telah merangkul 63 orang pekerja anak dengan cara pendampingan dan pemberian keterampilan, serta penyadaran agar mau kembali ke sekolah. Namun, angka tersebut tentunya masih jauh dari jumlah pekerja anak yang ada.
“Program pengurangan tersebut akan berjalan selama lima bulan terhitung sejak bulan Juni tahun ini. Jumlah peserta tersebut tentulah sangat sedikit, jika dibanding jumlah pekerja anak di Lombok Timur ini yang di atas angka 1.000,” pungkas Sirwan lagi menambahkan.