Dukungan untuk Buruh AICE Makin Menguat

3
Mahasiswa di Palu aksi peringati Hari Perempuan Internasional pada Senin (9/3/2020) Foto/Muhammad Azis

Bekasi – Sudah hampir tiga pekan 600-an buruh es krim AICE, PT. Alpen Food Industry melakukan mogok kerja di depan pabrik. Solidaritas terhadap mogok tersebut pun terus semakin kuat datang dari berbagai elemen gerakan rakyat dan mahasiswa di berbagai daerah.

Kawan-kawan mahasiswa di Gorontalo, yang terhimpun dalam Aliansi Hari Perempuan Internasional, pada Senin (9/3/2020) kemarin mendukung pemogokan buruh AICE dan mendesak agar kondisi kerja diperbaiki. Itu disampaikan dalam aksi peringati Hari Perempuan Sedunia atau Internasional Women’s Day (IWD) 8 Maret lalu.

Baca juga: Bela Buruh, Mahasiswa Ternate Bakar Es Krim AICE

Aksi itu bertajuk “Lawan Diskriminasi dan Tindakan Fasis Rezim Terhadap Kaum Perempuan” dengan sejumlah tuntutan, diantaranya menolak RUU Ketahanan Keluarga, menolak Omnibus Law, desak agar RUU Penghapusan Kekerasan Seksual disahkan hingga menyerukan pemboikotan terhadap produk es krim AICE.

Tentu dukungan tersebut lahir dari keterpanggilan moril atas nasib buruh AICE yang hingga kini tidak menentu. Salah satu isu yang paling disoroti publik ialah terkait kasus ibu hamil yang dipekerjakan pada shift malam hingga diduga banyak terjadi kasus keguguran dan kematian bayi.

F-SEDAR Laporkan Pengusaha Es Krim AICE ke Kemnaker

Seperti dicatat Federasi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan (F-SEDAR), dari tahun 2019 hingga 2020 ini, setidaknya sudah ada 21 kasus keguguran dan bayi meninggal akibat kondisi kerja buruh hamil di pabrik yang dinilai tidak manusiawi.

“Itulah mengapa, di hari perempuan sedunia ini, kami mengecam keras pabrik AICE yang memperlakukan buruhnya secara sewenang-wenang,” kata Kordinator Aksi, Masri Buamona, saat dihubungi Solidaritas.net Selasa (10/3/2020) kemarin.

Walau begitu, Masri mengatakan, dia akan terus menjaring persatuan dan perluas solidaritas untuk mendukung buruh AICE memperjuangkan hak-haknya di pabrik.

Pabrik AICE yang berinduk di Singapura itu juga tambah Masri, melakukan penindasan yang tidak sepatutnya di negara Indonesia. Perusahaan es krim dengan harga murah tersebut dinilainya mengabaikan nasib buruhnya.

Selain di Gorontalo, pada hari yang sama, sekitar belasan kota di Indonesia menyatakan mendukung mogok kerja buruh es krim AICE sampai tuntutan terpenuhi. Diantaranya, Kupang, NTT, Serang Provinsi Banten, Sula Provinsi Maluku Utara

Juga di Palu, Sulawesi Tengah, Manado dan Minahasa Sulawesi Utara, Makassar, Sulawesi Selatan, hingga di sejumlah kota di Pulau Jawa dan Sumatera lainnya.

Ketua Serikat Gerakan Buruh Bumi Indonesia (SGBBI) PT. AFI, Indra Permana mengatakan menguatnya solidaritas itu sebagai wujud dari rasa solidaritas dan kemanusiaan yang dimiliki oleh rakyat Indonesia.

Perlu diletahui, 600 buruh es krim AICE mogok sejak 21 Februari lalu itu karena perundingan pada tahun lalu gagal dan menemui jalan buntu. Pengusaha enggan mengabulkan tuntutan buruh soal kenaikan upah layak dan perbaikan kondisi kerja di pabrik.

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *