Solidaritas.net, Riau – Bencana kabut asap yang terjadi akibat kebakaran lahan dan hutan di sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan, ternyata tidak hanya berdampak buruk terhadap kesehatan warga karena mengisap asap. Kondisi udara yang tak sehat itu menyebabkan turunnya omset usaha perhotelan. Dampaknya, buruh pun terancam dipecat.
“Bagaimana mau menambah omzet kalau kondisi asap semakin parah. Kabut asap berdampak pada penjualan, baik kamar (occupansi) maupun restoran. Omzetnya turun hingga 20 persen. Biasanya bisa mencapai angka 64 persen, tapi sekarang bisa mencapai 45 persen saja sudah Alhamdulillah,” ungkap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau, Ondhi Sukmara, dikutip dari Okezone, Rabu (16/9/2015).
Menurut Ondhi, saat ini banyak pengelola hotel yang pasrah, karena menurunnya omset mereka akibat bencana kabut asap di Riau. Penurunan omset ini terjadi karena sejumlah kegiatan atau acara gagal dilaksanakan, terutama karena telah terganggunya jadwal penerbangan.
Ondhi juga belum bisa memprediksi jumlah kerugian yang diderita oleh para pelaku pariwisata di Riau akibat bencana kabut asap ini. Meski juga belum tentu mengakibatkan kebangkrutan, namun kondisi ini menurutnya sudah sangat mengkhawatirkan dunia bisnis. Bahkan, jika situasi seperti ini masih terus berlangsung, maka bisa saja terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para karyawannya, untuk memangkas biaya operasional.
“Memang untuk bangkrut mungkin belum ada, dan kita berharap itu tidak terjadi. Tetapi jika pihak perhotelan melakukan PHK bisa jadi, karena pakai apa mau dibayar gajinya (pegawai) jika pemasukan tidak ada,” tambah Ondhi memberikan keterangan kepada para wartawan.
Oleh karena itu, Ondhi berharap pemerintah melakukan upaya yang serius untuk menangani dan menyelesaikan masalah yang sudah seperti musiman ini. Apalagi, kasus kabut asap ini tidak hanya menjadi persoalan di Riau, tetapi juga menyangkut hajat hidup orang banyak.