Solidaritas.net, Palu – Bertepatan dengan hari pelajar sedunia, 17 November 2015, Gerakan Mahasiswa Universitas Tadulako (GMU) melakukan aksi mimbar bebas di depan kampus mempersoalkan masalah-masalah dalam dunia pendidikan dan menuntut sejumlah program sebagai solusinya. Mahasiswa sempat melakukan aksi penutupan jalan di depan kampus.
Berikut pernyataan sikapnya, yang disampaikan oleh Korlap aksi, Fredi Onora, kepada Solidaritas.net:
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini masih mengalami ketimpangan. Data BPS tahun 2008 hingga 2013 mencatat angka partisipasi kasar pendidikan tinggi di Indonesia baru sebesar 17,92 persen dan angka partisipasi murni perguruan tinggi masih 11,01 persen. Sementara, jumlah mahasiswa di Indonesia pada tahun 2011 baru mencapai 4,8 juta orang, dan bila dihitung terhadap populasi penduduk yang berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasarnya baru sekitar 18,4 persen. Artinya, masih banyak penduduk Indonesia berusia 19-24 tahun yang tidak mampu mengakses pendidikan tinggi, dan rata-rata disebabkan karena mahalnya biaya sekolah/kuliah, dan mahalnya jalur masuk ke perguruan tinggi.
Pada peringatan hari pelajar internasional (International Student Day) ini, kami menyeruhkan kepada dunia, khususnya Indonesia bahwa transformasi pendidikan yang mengarah pada kepentingan kapital telah membuat banyak orang tidak dapat mengakses pendidikan. Kondisi tersebut, menyadarkan kami pentingnya perjuangan bersama dalam memperjuangkan kesejahteraan semua orang di muka bumi. International student day (ISD) merupakan peringatan bersejarah bagi semua orang terutama kelompok terpelajar bahwa perna ada kekerasan berdarah, pembunuhan kepada pelajar karena berani bersuara atas pentingnya akses pendidikan bagi semua orang tanpa pungutan biaya mahal.
Pada hari ini selasa, 17 november 2015, kami GMU telah melakukan aksi di depan kampus Universitas Tadulako Palu (Untad). Aksi tersebut adalah protes atas biaya pendidikan tinggi yang begitu mahal. Hal itu, dilegalkan dalam Undang-undang Perguruan Tinggi (UUPT), yang subtansinya memberikan keleluasan bagi Perguruan Tinggi (PT) untuk memungut biaya sesuka hatinya. Pendidikan kita, kita benar-benar diarahkan untuk kepentingan segelintir orang.
Sebagai contoh, Untad memberlakukan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang wajib dibayar setiap semester berjalan. Jumlah uang semester di Untad paling rendah Rp. 1. 600.000 (satu juta enam ratus ribu), ini belum termasuk biaya Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) yang mencapai ratusan bahkan jutaan wajib dibayar mahasiswa. Kemudian, ketika mahasiswa hendak menyelesaikan studi, biaya lain semakin banyak ditanggung. Seperti, kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), setiap peserta wajib membayar sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu), dan ketika maju proposal dan skripsi mahasiswa juga diwajibkan memberi makanan kepada setiap dosen penguji yang juga biayanya tidak sedikit mencapai ratusan ribu rupia.
Sementara itu, Untad tidak perna memberikan informasi penggunaan dana yang dipungutnya kepada setiap mahasiswa. Padahal, hal tersebut sangat penting diketahui sebagai bentuk transparansi anggaran. Ketika, bertanya kerektorat atau rektor jawababnya selalu mahasiswa tidak perlu mengetahui pengelolaan keuangan Untad, mahasiswa tugasnya adalah kuliah. Sehingga, kami juga berharap agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus melirik kampus Untad. Kami menduga, ada banyak penyalagunaan anggaran yang dipraktekan oleh petinggi Untad. Karena fakta kongkrit yang kami hadapi dalam perkuliahan adalah minimnya fasilitas belajar seperti kursi, perpustakaan yang layak, dan ruang-ruang diskusi mahasiswa dan termasuk WC dan AC agar mahasiswa nyaman belajar. Namun, fakta lain menunjukan ruang-ruang petinggi Untad sudah sedemikian mewahnya demikian juga halnya dengan fasilitas berbading terbalik dengan kondisi kongkrit yang dialami mahasiswa.
Dengan demikian, kami Gerakan Mahasiswa Untad menutunt Universitas Tadulako sebagai berikut:
1. Transparansi Anggaran Universitas
2. Wujudkan Dewan/Senat Mahasiswa yang memiliki hak suara dalam senat Fakultas dan Universitas
3. Perbaiki proses perkuliahan dalam kampus