Jejak Langkah Mengorganisasikan Perlawanan

0

Solidaritas.net – Membaca Jejak Langkah, lebih terasa seperti membaca buku sejarah daripada roman. Sebab, buku ketiga dari tetralogi Buru ini sudah masuk ke tahun-tahun dimulainya perlawanan terhadap Kolonial Belanda melalui kekuatan pers dan organisasi pribumi.

jejak langkah pramoedya Jika pada buku sebelumnya, Anak Semua Bangsa, Minke mulai mengenal kehidupan rakyat Hindia yang tertindas oleh kekuasaan kolonial, maka buku Jejak Langkah menceritakan perjuangan Minke mempelopori gerakan nasional melalui organisasi modern dan surat kabar. Di dalam Jejak Langkah, kita seakan diajak untuk menyelami alasan-alasan yang mendorong pendirian organisasi-organisasi awal di bumi Nusantara. Minke dengan cita-citanya dan warisan dari mendiang istrinya yang etnis Tionghoa, mendirikan Syarikat Prijaji namun gagal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan lebih banyak lagi orang baru yang juga ‘mendidik’ Minke untuk melihat segala sesuatunya dengan pandangan yang baru.

Minke banyak bersentuhan maupun bertemu dengan tokoh-tokoh yang mungkin kita kenal belakangan ini dan kita kenal dari dulu, seperti: Kartini, Dewi Sartika, Thamrin Moh. Thabrie, dan Haji Samadi, Haji Misbach. Terungkap juga petunjuk tentang siapa nama asli Minke, melalui inisial T.A.S. Minke adalah RM Tirto Adhi Suryo. Minke bertemu juga dengan Prince Van Kasiruta anak dari Raja Maluku yang keluarganya sedang diasingkan ke Sukabumi, dan akhirnya Minke menikah dengan putri Bacan tersebut. Yang kemudian banyak membantu kelangsungan koran Medan dan organisasinya, bersama Hendrik, Sandiman, Mas Marco.

Jumlah pembaca Medan berkembang dengan pesat dan serta merta membuat anggota organisasi SDI juga berkembang pesat selama dipimpin olehnya. Namun, organisasi dan surat kabar harian yang dijalankannya mulai mengusik kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda sehingga Gubermen melakukan tindakan-tindakan untuk meredamnya, dimulai dengan intimidasi yang dilakukan oleh sebuah kelompok yang disebut sebagai de knijper atau T.A.I (Total Anti Inlander) terhadap Minke. Sampai dengan penangkapan dan pembuangan yang dilakukan seorang Komisaris Polisi Betawi, Jacques Pangemanann. Seorang yang sebelumnya sukses meredam perjuangan si Pitung, yang sebenarnya seorang yang menaruh perhormatan yang tinggi terhadap karya Minke untuk bangsanya. Pembuangan ini mengakhiri kiprah Minke, namun ia telah membangunkan senjata baru modern yang belum pernah ada sebelumnya untuk bangsanya: surat kabar, organisasi, boikot.

Dengan koran Medan, Minke berseru-berseru kepada rakyat Pribumi tiga hal: meningkatkan boikot, berorganisasi, dan menghapuskan kebudayaan feodalistik. Sekaligus lewat langkah jurnalistik, Minke berseru-seru: ‘Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawanan.

Baca juga:

Arti Bumi Manusia bagi Seorang Buruh Seperti Aku

Arti Anak Semua Bangsa bagi Seorang Buruh Seperti Aku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *