Petani Kendeng tolak tambang semen. Foto: Gema Demokrasi. |
Jakarta – Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) mendirikan tenda perjuangan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2016). Ini sebagai bentuk protes terhadap pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, yang dinilai menggunakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) palsu.
Petani Kendeng menolak AMDAL PT Semen Indonesia di depan Istana Negara, 26 Juli 2016. Foto: Gema Demokrasi |
Pendirian tenda dimulai pukul 10.40 WIB, tapi sempat dihentikan anggota Kepolisian Sektor Gambir. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan bambu untuk membangun tenda. Akhirnya, para petani yang sebagian besar adalah perempuan itu mendirikan tenda menggunakan tubuh mereka sebagai tiang penopang.
“Tenda di depan istana ini akan bertahan seperti tenda di pegunungan Kendeng yang sudah bertahan dua tahun lebih. Sampai ada komitmen dari istana untuk menyelamatakan kehidupan kami agar tetap menjadi petani yang akan membantu mewujudkan Jawa Tengah tetap menjadi lumbung pangan nasional dan menjaga kelestarian pegunungan kendeng,” tulis perwakilan JMPKK, Joko Priatno dalam siaran persnya.
Dari Rembang, JMPPK membawa data AMDAL PT Semen Indonesia yang dinilai menggunakan data palsu. Data-data yang digunakan oleh perusahaan tidak sesuai dengan kenyataan, seperti jumlah keberadaan gua, ponor, dan mata air. Dalam AMDAL disebutkan jumlah gua ada 9, sementara hasil observasi JMPPK di lapangan menemukan 64 gua.
Foto: Gema Demokrasi. |
Selain itu, mata air disebutkan ada 40, namun di lapangan ditemukan 125 sumber mata air. AMDAL juga tidak menyebutkan adanya ponor, padahal kenyataannya terdapat 28 titik ponor.
Para petani juga sudah pernah melakukan gugatan melalui jalur hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang Rembang, mediasi ke instansi pemerintah terkait, sampai aksi menyemen kaki sebagai simbol bahwa pembangunan pabrik semen telah membelenggu petani. Namun kebijakkan ekspansi pabrik semen di Pegunungan Kendeng tidak juga ditinjau kembali.
“Ini menjadi pendorong semangat kami untuk terus mengupayakan tetap lestarinya tanah garapan kami, untuk tetap lestarinya lingkungan, khususnya Pegunungan Kendeng, demi masa depan anak cucu dan demi terjaganya ekosistem, sehingga Pulau Jawa dapat terhindarkan dari berbagai bencana ekologis yang akan timbul jika Pegunungan Kendeng dieksploitasi,” kata Joko Prianto.