Bekasi – Kawasan industri di Bekasi rawan terjadi kecelakaan lalu lintas. Banyak korban baik yang luka-luka maupun meninggal dunia berasal dari kalangan buruh.
Kondisi jalanan di MM 2100 pada sore hari/ Solidaritas.net “CC-BY-SA-3.0” |
Sejumlah faktor menjadi pemicu adanya kecelakaan lalu lintas itu salah satunya konsentrasi buruh dalam mengendarai kendaraan bermotor.
Sepanjang perjalanan buruh memikirkan banyak hal, mulai dari kebutuhan hidup yang belum terpenuhi, harga kebutuhan pokok yang mahal hingga cicilan yang belum terbayar.
Di saat yang bersamaan buruh juga ingin tiba dengan cepat di pabrik untuk menghindari sanksi pemotongan upah dan Surat Peringatan (SP) 1.
Tak hanya itu, buruh yang tempat tinggalnya jauh seperti di Sukatani, Jakarta dan Bogor, sudah kelelahan ketika baru tiba di pabrik.
Di tempat kerja, buruh diharuskan bekerja selama tujuh sampai delapan jam per hari, belum termasuk dengan lembur. Saat akan pulang mereka yang sudah lelah masih harus mengantri untuk melakukan absen.
Kondisi kerja semacam itu membuat buruh tidak konsentrasi saat mengemudi. Sementara di jalanan jumlah pengemudi mencapai puluhan ribu. Pengendara saling berdesakan, saling mendahului untuk segera tiba di tempat tujuan hingga terkadang kecelakaan tidak dapat dihindari.
“Buruh waktunya habis di jalan, selalu tergesa-gesa dan terburu-buru untuk menghindari sanksi dan ingin segera istirahat, sedangkan pikiran mereka dipenuhi berbagai persoalan hidup,” tutur salah seorang buruh yang enggan disebutkan namanya, Jumat (6/1/2017)
Selain itu, kecelakaan juga disebabkan oleh kondisi jalan yang rusak dan bergelombang. Setiap harinya jalanan itu dilalui puluhan ribu buruh. Kondisi itu berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah buruh yang bisa memiliki motor karena sekarang buruh bisa membelinya dengan mencicil.
Pengguna jalan saling berdesakan / Solidaritas.net “CC-BY-SA-3.0” |
Lihat saja data sekitar tahun 2001. Di setiap pabrik paling banyak ada 5 kendaraan roda dua. Buruh ke pabrik menggunakan angkutan umum dan ada pula yang jalan kaki.
Sekarang, sejak pembelian motor bisa dicicil, kendaraan di pabrik mencapai ratusan.
Pada tahun 2012 di Bekasi ada sekitar 4.000 pabrik yang tersebar di tujuh kawasan. Belakangan jumlah tersebut bertambah, ada kawasan baru seperti Greenland International Industrial Center (GIIC) dan Kawasan Industri Terpadu Indonesia Cina (KITIC).
Tahun 2015, di kawasan Newton Techno Park, tepatnya di jalan Cikarang-Cibarusah seorang buruh tewas terlindas mobil. Kemudian seorang buruh perempuan meninggal di kawasan Jababeka II akibat terlindas kontainer.
Di depan kawasan Hyundai, seorang pedagang soto meregang nyawa akibat ditabrak mobil. Kemudian, terjadi tabrakan antara Honda Vario dan mobil Hino di perempatan PT Ichiko Indonesia, Jalan Irian, Kawasan MM 2100, korban mengalami luka parah hingga dilarikan ke RS Karya Medika Cibitung.
Tahun 2016 setidaknya tercatat dua kali kecelakaan. Seorang buruh perempuan PT Yamakou Indonesia, Heni Widyaningsih. mengalami kecelakaan di kawasan industri Hyundai, Cikarang Selatan. Tepatnya di jembatan Gandamekar penghubung jalan kawasan MM2100, Selasa 25 Oktober 2016. Ia meninggal dengan kondisi kepalanya pecah karena terjatuh di kolong bus yang sedang melintas.
Kecelakaan lalu lintas tidak hanya dialami buruh. Tiga orang pelajar juga mengalami kecelakaan di Kawasan Industri MM 2100. Salah seorang diantaranya tewas, sedangkan dua lainnya mengalami luka berat pada 24 Oktober 2016.