Solidaritas.net | Hidup di kota industri yang rerata jam masuk dan pulang kerja di pabrik bersamaan memang terkadang tak bisa lepas dari macetnya lalu lintas yang harus dilewati. Selain membuat stres, ternyata sering terjebak dalam kemacetan dapat juga memengaruhi otak buruh.
Kerap terjebak di jalan yang macet dan menghirup polusi udara dapat berdampak serius terhadap kesehatan fisik (berbagai penyakit mulai dari flu, batuk, sampai gangguan paru-paru), mental (mudah lelah, stres, gangguan emosional), dan terkadang menyebabkan perubahan DNA.
Pada dasarnya macetnya lalu lintas bisa berdampak hampir di seluruh tubuh, namun salah satu dampaknya adalah efek di otak. Berikut ini beberapa dampak negatif lalu lintas macet bagi otak, seperti dilansir dari Buzzle:
- Penurunan kemampuan mental
Para ilmuwan di Belanda menuturkan terpapar asap kendaraan akibat macet selama 30 menit mengarah ke intensifikasi aktivitas listrik di otak. Hal ini dapat mengakibatkan transformasi/perubahan dan kerusakan perilaku serta kepribadian akibat kerusakan logika dan pengambilan keputusan serta stres yang meningkat. Paparan macet selama 90 hari sangat berpengaruh terhadap perubahan DNA.
- Alzheimer, gangguan memori, dan Parkinson
Peneliti di Boston menyingkapkan bahwa paparan asap knalpot dan partikel-partikel dari polusi bisa menyebabkan peradangan di bagian-bagian tertentu otak yang bisa memicu Alzheimer, gangguan memori, dan Parkinson (sejenis sindrom dengan kematian sel terprogram pada sel-sel otak secara hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil).
- Masalah akibat karbon monoksida
Karbon monoksida memikat hemoglobin sehingga mengurangi volume oksigen yang mencapai jantung dan otak, sehingga secara signifikan memengaruhi fungsi otak dan refleks tubuh.
- Intermittent Explosive Disorder
Psikolog menuturkan kondisi ini adalah luapan kemarahan yang berlebihan, salah satu penyebabnya akibat kemacetan di jalan. Hal ini bisa memengaruhi kondisi tubuh secara menyeluruh termasuk otak.
- Traffic Stress Syndrome
Situasi ini ditandai dengan beberapa gejala fisik seperti telapak tangan berkeringat, peningkatan denyut jantung, sakit kepala, dan mual, sehingga memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.
- Gangguan neuroplasticity
Polusi udara yang buruk secara signifikan menjadi penghalang asupan darah ke otak, korteks serebral, dan sel glia (sel non-neuron yang menyediakan dukungan dan nutrisi) di otak, yang semuanya bisa menyebabkan gangguan jangka panjang. Menghirup polusi udara yang buruk sangat berdampak parah pada IQ anak-anak serta meningkatkan risiko epilepsi.