Kenapa Roti Tidak Boleh Sering Dikonsumsi?

Solidaritas.net – Belakangan ini, buruh marak berkampanye boikot Sari Roti di media sosial, seperti Facebook. Alasannya, PT Nippon Sari Corpindo (NIC) Tbk berbuat sewenang-wenang terhadap buruhnya. PT NIC Tbk dinilai melakukan pelanggaran normatif dan diindikasikan melakukan pemberangusan terhadap serikat pekerja.

Terlepas dari masalah di atas, menurut pakar Food Combining, Wied Harry, makanan berbahan dasar terigu memang tidak bisa sering dikonsumsi, karena mengandung gluten. Makanan berbahan gluten ini mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bentuk pasta, mie, biskuit, dan roti.

Gluten merupakan protein bersifat elastis dan lengket yang terkandung dalam beberapa jenis serealia, terutama gandum, rye, jewawut dan sedikit di dalam oats. Tepung terigu terbuat dari gandum, karenanya sangat kaya akan gluten.

Gluten sulit dicerna, tubuh membutuhkan waktu 3 x 24 jam untuk membuangnya dari dalam tubuh. Jika mengonsumsi makanan bergluten setiap hari, maka ia bisa menumpuk. Fungsi dinding usus yang menyerap gizi pun menjadi terganggu.

Biasanya, mereka yang kerap mengonsumsi makanan gluten mudah lelah, dalam banyak kasus kulit menjadi kemerahan, dan dalam jangka panjang tubuh menjadi gemuk.

Tumpukan gluten bisa berubah menjadi racun yang menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit. Gluten membahayakan kesehatan, terutama anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Apalagi, anak-anak kerap jajan di luar di mana jajanan gluten mendominasi pasaran.

Makanan berbahan gluten, seperti roti bukannya tak bisa dimakan, tapi tidak bisa sering. Maksimal orang hanya boleh mengonsumsi satu porsi besar makanan berbahan gluten dalam tiga hari. (Rn)
***
Foto kredit: Tribunnews.com

1 tanggapan pada “Kenapa Roti Tidak Boleh Sering Dikonsumsi?”

  1. hahahaha apa hubungannya sama NIC?
    kasihan NIC menjadi korban, kan masih banyak tuh roti lain..
    benar-benar dapat merusak kredibilitas.. sadissss….

Tinggalkan Balasan