Kesempatan Politik dalam Sejarah

0

Solidaritas.net – Politik adalah formasi kekuatan, perimbangan kekuatan. Saat pilpres, semakin banyak rakyat yang terlibat dalam politik karena rakyat semakin mendambakan politik pro-rakyat dan DEMOKRASI (walaupun masih banyak yang ditipu oleh elit-elitnya). Bahkan, yang dahulu apatis (putus asa) terhadap politik, seperti kaum buruh, seniman, artis dan kelas menengah lainnya, mulai memberikan sumbangan bagi peningkatan keterlibatan (partisipasi) politik rakyat.

Setelah pilpres, apalagi setelah dipancing (diprovokasi) oleh UU yang tidak demokratik dan tidak pro-rakyat, terutama UU Pilkada, maka semakin tumbuh kesadaran bahwa demokrasi dan kepentingan rakyat semakin terancam. Oleh karena itu, sekarang inilah kesempatan yang diberikan oleh sejarah untuk menyingkirkan Prabowo-Koalisi Merah Putih dari arena poltik karena sangat mengancam kemajuan demokrasi dan kepentingan rakyat. Jadi, manfaatkan lah kesempatan sejarah tersebut, yang sasaran serangnya harus jelas: MENYINGKIRKAN PRABOWO-KOALISI MERAH PUTIH DARI ARENA POLITIK.”

Bukan kah Prabowo-KMP adalah musuh rakyat yang nyata dan mendesak sehingga harus menjadi sasaran yang konkrit dan tegas. Kalau melihat pendapat yang beredar di media sosial maupun di media-media lainnya, massa sudah menjadi lebih jelas atas kebusukan Prabowo-KMP, hal ini bisa dilihat dari mulai bergeraknya massa (baik yang dikoordinir relawan maupun oleh kelompok pro demokrasi lainnya). Jadi, jangan lah ditarik mundur lagi kesadaran massa dengan mengaburkannya seolah-olah sekadar menjadi tuntutan “kembalikan Pilkada Langsung” atau istilah “Neo-Orba”.

Coba tengok kesejarahan Orde Baru (yang kuat dan brutal) dan sisa-sisanya (yang masih kuat dan anti-demokrasi), apa bisa seandainya sejak dahulu Orde Baru dihadapi dengan soft-soft-an? Apa bisa Suharto terguling dengan cara “elegan”?; apa bisa Prabowo (yang hampir menang dalam pilpres, yang dapat suara 47 % lebih) dikalahkan oleh cara “santun”? Sebaiknya dilihat dinamika (lembut dan kerasnya) gerakan mahasiswa sejak 1971-1972; 1974;1978; 1996; 1998; dan partisipasi massa pada masa reformasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *