Solidaritas.net, Bekasi – Menerima nasib pemutusan hubungan kerja (PHK) dari pekerjaan sebagai buruh pabrik, ternyata tidak membuat Joyo Affandi kehilangan harapan hidup. Dia pun mencoba mempelajari keterampilan yang bisa menghasilkan uang demi bertahan hidup. Meski belajar sendiri, pria asal Bekasi itu akhirnya berhasil membuka usaha sablon sendiri.
Pada tahun 2012, Joyo di-PHK oleh manajemen perusahaan tempatnya bekerja, PT Daya Cipta Kemasindo, salah satu pabrik yang memproduksi karton boks. Meski sudah bekerja selama 6 tahun, dia dan beberapa rekan kerjanya di-PHK hanya gara-gara membentuk serikat pekerja di pabrik tersebut. Sejak saat itu, Joyo pun terpaksa menjadi pengangguran. Namun, pria berusia 33 tahun itu tak pernah putus asa. Dia mencoba menjadi wiraswasta.
“(Tahun) 2012 aku di-PHK, dan setelah keluar pabrik aku baru mulai belajar usaha sablon. Aku belajar sendiri melalui internet, Youtube. Butuh waktu cukup lama, hampir 6 bulan. Baru dirasa cukup untuk membuka usaha tersebut di pertengahan tahun 2013, aku baru berani membuka usaha tersebut,” cerita Joyo pada Solidaritas.net, Senin (13/04/2015).
Di awal membuka usaha sablon, bapak satu orang anak itu mengaku sempat mengalami kesulitan, terutama soal modal. Namun, setelah dua tahun, akhirnya usaha sablon milik Joyo bisa berjalan lancar. Saat ini, dia memasarkan produk-produk kaos sablonnya dengan sistem reseller melalui teman-temannya di daerah lain. Bahkan, pada tahun 2015 ini, kaos sablon milik Joyo sudah terjual hingga ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Taiwan dan Jepang.
Meski usaha semakin berkembang, ternyata Joyo tidak hanya memikirkan diri sendiri. Dia tahu banyak buruh lainnya yang juga merasakan nasib serupa dengannya. Sehingga, dia pun berinisiatif untuk membagi ilmunya pada para buruh lain. Hingga saat ini, sudah sekitar 11 buruh yang belajar usaha sablon padanya, seperti saat ia membuka kelas sablon untuk buruh pada 9 April lalu. Bahkan, dua di antaranya yang merupakan korban PHK, telah berhasil pula membuka usaha sablon sendiri di Cikarang dan Karawang.
“Aku berpikir para buruh sangat banyak keahliannya selama bekerja di pabrik, namun enggan mempraktekkannya dan membuka usaha sendiri di luar. Aku sebenarnya mau mengajarkan para korban PHK, karena kebanyakan mereka beranggapan bahwa setelah di-PHK, mereka seperti masuk neraka, sulit untuk mendapatkan pekerjaan kembali. Pada dasarnya, kemampuan mereka masih banyak untuk bisa dieksplor,” kata Joyo yang juga menggemari fotografi ini, semangat.
Joyo juga masih aktif sebagai pengurus serikat pekerja, Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB) dan anggota Perkumpulan Solidaritas.net.