Solidaritas.net berkesempatan mewawancarai serikat buruh dari PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP). Menurut pihak buruh, kecelakaan kerja, upah murah dan kerusakan lingkungan adalah fitur utama kondisi kerja PT IMIP yang memprihatinkan. Buruh bekerja di kawasan industri yang mengintegrasikan produk peleburan nikel sebagai mineral yang dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik dan barang elektronik. Di balik pertumbuhan industri ini, kecelakaan kerja telah merenggut ratusan nyawa pekerja.
Ketua Umum Serikat Buruh IMIP Sulawesi Tengah (SBIPE-IMIP Morowali), Hendri Foord Jbss, dalam wawancara, 19 November 2024, mengungkapkan bahwa kecelakaan kerja di kawasan ini sudah sering terjadi, bahkan mengakibatkan banyak korban jiwa. Namun, ia menilai perusahaan dan pemerintah belum menunjukkan upaya serius untuk memperbaiki kondisi ini, sehingga insiden tragis terus berulang.
“Banyak kecelakaan kerja yang berujung pada kematian. Namun hingga kini, tidak ada perbaikan signifikan dari pemerintah maupun perusahaan. Mereka lebih mementingkan target produksi yang memaksa buruh mengambil risiko ekstrem,” ujar Hendri.
Kombinasi Mematikan Upah Murah dan Jam Kerja Panjang
Buruh menerima upah yang rendah dan mengharuskan mereka memberikan konsen terhadap jam kerja yang berlebihan. SBIPE-IMIP menyatakan bahwa upah yang diterima buruh jauh di bawah standar kebutuhan hidup layak, sehingga banyak buruh terpaksa bekerja lebih lama, bahkan melebihi jam kerja yang ditetapkan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Pekerja terpaksa menambah jam kerja karena upah yang tidak mencukupi. Ini menjadi akar dari banyak masalah, karena dipaksakan dan menyebabkan kelelahan, yang akhirnya membuat buruh rentan mengalami kecelakaan di tempat kerja,” jelasnya.
Selain masalah ketenagakerjaan, dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan di kawasan Morowali juga menjadi isu serius. SBPIE mencatat, polusi udara yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan mengakibatkan gangguan pernapasan seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada banyak warga dan buruh. Selain itu, pembuangan limbah berbahaya ke laut dan kerusakan lingkungan lainnya seperti deforestasi semakin memperburuk kualitas udara dan kesehatan masyarakat sekitar.
“Polusi udara dan pencemaran laut akibat limbah pabrik IMIP berdampak buruk pada kesehatan warga dan buruh. Ini adalah akibat dari eksploitasi yang terus-menerus dilakukan oleh IMIP dengan mengabaikan aturan yang ada, termasuk analisis dampak lingkungan. Mereka tidak meminimalkan risiko kerusakan,” ungkap Hendri.
Butuh Perubahan Radikal
Sebagai serikat buruh, SBIPE-Morowali terus berjuang untuk memperbaiki kondisi kerja dan lingkungan di kawasan industri ini. Mereka berharap agar pemerintah dan perusahaan segera melakukan perubahan nyata, bukan sekadar janji. SBIPE juga mendesak perusahaan untuk memberikan kenaikan upah yang layak, mengatur jam kerja sesuai dengan undang-undang, dan melakukan perbaikan lingkungan yang lebih serius.
Selain itu, SBIPE menyerukan agar perlawanan ini tidak hanya berkaitan dengan tuntutan ekonomi dan sosial bagi buruh, tetapi harus lebih radikal secara politik. Buruh dan petani, sebagai elemen rakyat bawah, harus terus bersatu dan melakukan perlawanan bersama demi kesejahteraan, termasuk reforma agraria sejati, serta berani mengambil posisi politik untuk berkuasa.
“Tidak ada perbaikan berarti dari pemerintah maupun pihak pertambangan. Oleh karena itu, kami sebagai serikat buruh berharap dapat memperjuangkan hak-hak buruh dan lingkungan hidup dengan dukungan masyarakat. Hanya dengan persatuan buruh dan rakyat, kita bisa berjuang dengan bermartabat tanpa menggantungkan nasib pada penguasa yang hanya memberikan harapan kosong. Mari bersama berorganisasi, berjuang, dan berpolitik. Tantangan besar menghadapi rezim Prabowo Subianto sebagai warisan rezim Jokowi yang menindas buruh dan rakyat. Buruh dan rakyat, bersatulah!”
SBIPE berharap kondisi ini mendapat perhatian serius dari pihak terkait—pemerintah, perusahaan, dan media—agar kehidupan buruh dan masyarakat di Morowali dapat diketahui publik dan untuk memastikan tuntutan perjuangan buruh dan rakyat dapat terwujud.