Solidaritas.net, Jakarta – Aksi kekerasan yang dilakukan oleh anggota organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila (PP) terhadap buruh PT Voksel Electric, Bogor, Jawa Barat saat berunjuk rasa, Rabu (24/62015) lalu, mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Sejumlah anggota ormas yang diduga dibayar oleh pihak perusahaan itu menyerang para buruh tersebut, yang tergabung dalam Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Multi Metal Federasi Serikat Pekerja Aneka Sektor Indonesia (SPMM FSPASI) PT Voksel, sehingga mengalami luka-luka.
Salah satu pihak yang mengecam aksi kekerasan pada buruh yang sedang memperjuangkan hak-hak itu adalah Komite Persiapan-Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KP KPBI), yang merupakan gabungan dari sejumlah serikat buruh. Tidak hanya mengecam keras tindakan brutal yang dilakukan oleh anggota ormas PP tersebut, mereka juga mengecam aparat kepolisian yang berjaga-jaga pada saat kejadian, yang membiarkan saja peristiwa pemukulan terhadap kaum buruh tersebut terjadi, sama sekali tanpa mengamankannya.
“Tindakan kekerasan yang dilakukan ormas-ormas reaksioner itu tidak serta merta bergerak atas dasar kehendak ormas itu sendiri, melainkan bergerak atas dasar intruksi atau perintah dari aktor-aktor di belakang layar. Di duga aktor-aktor itu adalah pengusaha itu sendiri yang mendapat persetujuan dari pihak keamanan setempat,” ujar Helmi Yadi, Pimpinan Kolektif KP KPBI Bekasi dalam pernyataan sikap yang diterima Solidaritas.net, Jumat (26/6/2015).
Menurutnya, peristiwa ini sama persis ketika sejumlah ormas yang mengatasnamakan warga Bekasi melakukan penggerebekan terhadap serikat buruh di PT Samsung pada 2012 lalu. Kemudian, pada aksi mogok nasional tahun 2013, juga terjadi penyerangan dan pemukulan oleh sejumlah kelompok yang mengatasnamakan ormas tertentu. Akibatnya, beberapa buruh yang sedang memperjuangkan upah itu mengalami luka-luka, di mana tiga orang di antaranya mengalami luka parah sehingga harus mendapatkan tindakan medis yang serius.
Tak hanya mempertanyakan siapa dalang yang telah menggerakkan kelompok-kelompok reaksioner tersebut, KP KPBI juga mempertanyakan posisi pihak kepolisian yang seharusnya melakukan pengamanan, namun malah membiarkan saja tindakan kekerasan itu terjadi. Oleh karena itu, KP KPBI pun menyerukan agar semua buruh, dari serikat apapun, untuk bersatu agar bisa melawan tindak kekerasan dan memperjuangkan hak-hak normatifnya.
“Tidak ada cara lain lagi bagi gerakan buruh hari ini untuk terus melakukan konsolidasi untuk membangun persatuan dan perjuangan melawan penindasan, tidak lagi kita kaum buruh Indonesia bisa berharap kepada elit-elit politik busuk yang hari ini berkuasa. Saatnya kaum buruh Indonesia membangun kekuatannya sendiri,” lanjut Helmi lagi berkomentar.
Dalam pernyataan sikap itu, Pimpinan Kolektif KP KPBI menyatakan sikap sebagai berikut:
- Mengecam keras tindakan brutal ormas PP terhadap aksi masa buruh FSPASI PT Voksel.
- Menuntut pihak kepolisian untuk bertanggung jawab terhadap tragedi pemukulan yang dilakukan oleh ormas PP dan segera mengusut tuntas sampai pelaku pemukulan ditangkap.
- Mendukung sepenuh-penuhnya perjuangan kawan-kawan FSPASI sampai tuntutannya terpenuhi.
- Menyerukan kepada seluruh serikat/federasi/konfederasi buruh untuk melakukan solidaritas terhadap aksi-aksi buruh yang sedang melakukan perjuangan normatif.