Solidaritas.net, Makassar – Henry Jufri, pria kelahiran Makassar 20 September 1983 yang bekerja sebagai kuli panggul bisa meraup keuntungan sebesar US$ 1.200 atau sama dengan Rp. 16 juta per bulan. Keuntungan itu diperolehnya setelah aplikasi pintar yang ia ciptakan dan unggah di Google Play banyak diunduh orang.
Latar belakang pendidikan Henry yang hanya sempat mengenyam bangku pendidikan sampai kelas empat Sekolah Dasar (SD) ternyata tidak berpengaruh buruk bagi dirinya karena keinginanya untuk serius belajar telah membuahkan hasil.
Perjalanannya menjadi pengembang aplikasi pun terbilang tidak mudah, awalnya untuk menekuni pekerjaaan ini Ia harus membeli laptop seharga Rp.800.000. Namun perangkat Random Acces Memory (RAM) laptop tersebut yang hanya sebesar 1 gigabita mengharuskannya meminjam uang pada keluarga untuk kembali membeli laptop seharga Rp.2,7 juta dengan kapasistas RAM 2 gigabita.
Sedangkan untuk membeli aplikasi Google Play seharga US$ 25 atau sama dengan Rp. 300.000, Henry harus merogoh kantongnya.
Henry yang bergabung dengan Google Play sejak Oktober 2014 telah menciptakan ratusan aplikasi permainan. Dari ratusan aplikasi tersebut hanya sekitar sepuluh item saja yang bertahan.
“Ada aplikasi belajar huruf dan angka untuk balita, aplikasi kartun huruf dan angka, permainan Si Unyil Berpetualang, Ninja Konoha Run, Super Crocodile, dan King Arthur,” ujar Henry, dilansir dari Tempo.co.
Kesepuluh aplikasi inilah yang banyak diunduh orang sehingga ia dikirimi pembagian hasil dari Google sebesar Rp. 16 juta.
Meskipun begitu, Henry tetap melakoni pekerjaannya sebagai kuli panggul di pelabuhan Makassar. Upah yang ia peroleh sebagai kuli panggul tidak menetap, terkadang dalam sekali pikul Henry memperoleh upah sebesar Rp.20 ribu sampai Rp.100 ribu
“Hasilnya pun harus dipotong 20 persen oleh bos yang memasukkan kami di pelabuhan,” kata Henry
Padahal, menurutnya bekerja sebagai kuli panggul di pelabuhan tidak memiliki status ketenagakerjaan yang jelas. Seperti, tidak ada kontrak kerja atau status sebagai karyawan perusahaan yang mempekerjakan dan tidak adanya asuransi kesehatan apabila terjadi kecelakaan kerja.
Walaupun para kuli panggul diberi seragam dengan nomor-nomor besar di punggung dan dada, menurutnya itu hanyalah simbol belaka. Namun, namun ia segan meninggalkan pekerjaan ini karena sudah dilakoninya selama 13 tahun.