Jakarta – Belasan pemudik meninggal dunia selama arus mudik lebaran sejak 29 Juni hingga 5 Juli 2016 di wilayah Kabubaten Brebes, Jawa Tengah. Menanggapinya, Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar mengatakan, ini adalah bentuk kelalaian pemerintah.
Kemacetan di Brebes (Foto: Detik.com) |
Bentuk kelalaian pemerintah yang dimaksud, yaitu pertama, pintu keluar tol brebes dibangun dekat pasar sehingga menciptakan macet. Kedua, format keluar tol berbentuk bottle neck dua jalur. Ini juga menyebabkan macet.
Ketiga, jasa marga tidak memiliki ambulance helikopter sehingga kondisi macet menyebabkan ambulance tidak bisa menjangkau orang yang sakit karena terhalang mobil-mobil yang macet. Helikopter ambulance dibutuhkan karena akan mempercepat proses evakuasi pasien dan lebih mudah untuk diantar ke Rumah Sakit.
Saat masalah tersebut terjadi, Menteri Perhubungan justru menyatakan bahwa kematian diakibatkan oleh penyakit bawaan. Menurut Timboel, itu adalah bentuk tidak adanya tanggungjawab pemerintah yang selalu menyalahkan rakyat. Padahal penyakit menjadi makin parah karena kemacetan total berjam-jam yang menyebabkan kelelahan atau dehidrasi. Selain itu, oksigen juga berkurang di arena kemacetan.
“Kalau Pak Menteri Perhubungan, Ignatius Yonan mengatakan arus kendaraan yang masuk tol Brebes lima kali lebih banyak, seharusnya pemerintah bisa mengantisipasinya,” tutur Timboel
Tidak boleh menyalahkan jumlah mobil yang masuk karena saat ini adalah proses mudik, lagipula biasanya Polri melakukan rekayasa lalu lintas. Olehnya, pemerintah harus mengakui kesalahannya dan harus meminta maaf kepada rakyat.
“Jangan terbiasa menyalahkan rakyat karena ketidakmampuan pemerintah. Ini jelas-jelas kesalahan pemerintah dari hulu ke hilir, dari proses perencanaan tol sampai tindakan pertolongan,” tegas Timboel.