Melukis untuk Sampaikan Perjuangan Kaum Buruh

Solidaritas.net, Cikarang – Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan diri. Tidak selamanya hanya dengan bercerita kepada orang lain atau melakukan orasi di depan banyak orang. Dengan melukis, buruh juga bisa menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan, baik secara pribadi maupun di lingkungan sosial. Mereka bisa membuktikan keberadaannya dan partisipasinya dalam membuat perubahan bagi perjuangan kaumnya, yakni para pekerja.

lukisan awang
Salah satu lukisa Awang Prasetyo yang berjudul Democrazy.

Semua itu sudah pernah dirasakan oleh Ade Setiawan, buruh PT Indonesia TRC Industry di Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Pria yang belajar melukis secara otodidak melalui internet ini mengaku melukis untuk mengasah motorik halus, melatih fokus pada pekerjaan, emosional, kreatifitas, serta menjaga keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri, sehingga otak tak cepat lelah atau stres saat menghadapi persoalan aritmatik ataupun sosial.

“Biar terbiasa fokus dengan pekerjaan, teliti, cermat tidak mudah lelah, dan kritis terhadap masalah sosial,” ungkap Ade saat bercerita kepada Solidaritas.net beberapa waktu lalu.

Tak hanya sekadar untuk manfaat dan kepuasan pribadi, belakangan Wakil Sekretaris Bidang Sosial Serikat Pekerja Elektronik Elektrik Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPEE-FSPMI) PT Indonesia TRC Industry ini juga mulai belajar melukis tentang kehidupan buruh. Bahkan, beberapa lukisannya tentang buruh itu berhasil terjual saat pengelola Solidaritas.net berkunjung ke Australia beberapa waktu lalu, dengan harga mencapai 30 dolar Australia.

“Ide untuk melukis buruh awalnya kawan-kawan di Solidaritas.net yang bilang, ‘Coba kau lukis tentang perburuhan di tempat kerja kau, atau tentang buruh apa saja.’ Begitu terus saya cari ide foto di lingkungan perusahaan tempat saya kerja, terus digambar. Tapi belum bisa, jadi saya lihat di Google contoh gambar untuk masukan. Itu yang mendorong saya melukis tentang buruh,” jelas Ade lagi soal awal mula ide melukis tentang buruh tersebut.

Begitu pula dengan Awang Prasetyo, buruh perusahaan otomotif PT Enkei Indonesia di Cikarang, Jawa Barat. Pria 37 tahun yang belajar melukis sejak SD itu juga melukis untuk kepuasan batin, selain untuk menyampaikan pergerakan kaum buruh lewat media gambar.

“Kalau penulis mungkin memaparkan apa yang dia lihat, dengar, dan lainnya, untuk menjadi suatu tulisan atau buku. Kalau aku, ya ingin terus melukis terutama untuk gerakan buruh saat-saat ini,” cerita buruh yang juga merupakan anggota FSPMI itu kepada Solidaritas.net.

Sama seperti Ade, beberapa lukisan Awang juga sudah banyak yang terjual dan dinikmati orang lain, bahkan hingga ke Belanda. Beberapa lukisannya tentang buruh itu dibeli oleh warga Belanda, saat dibawa oleh pengelola Solidaritas.net ke negeri Kincir Angin tersebut. Tak hanya sampai di situ, sekarang Awang juga membagi ilmunya kepada anak-anak. Bahkan, dia juga bercita-cita memiliki sanggar lukis untuk mengajari anak-anak buruh.

“Kalau gak mimpi, tapi mau punya galeri atau sanggar lukis untuk anak-anak dari kawan buruh. Wah, mesti punya materi yang untuk bayar ini itu… Hehehe… Kalau mengajar ke anak-anak, baru hanya door to door. Baru delapan anak yang aktif, di Pondok Gede, sekalian aku menyambangi anakku yang kami titipkan di tempat neneknya,” pungkas Awang lagi.

Tinggalkan Balasan