
Solidaritas.net, Jakarta – Presiden Republik Indonesi (RI) Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi kerap menjamu pimpinan dari berbagai organisasi untuk makan bersama di Istana Negara. Kebiasaan ini seolah menjadi jurus andalan Jokowi untuk mencegah terjadinya protes terhadap kebijakan pemerintah.
Beberapa elemen yang sudah kecipratan makan bersama presiden, di antaranya pimpinan serikat buruh, mahasiswa, pimpinan redaksi (pimred) media, rektor universitas hingga tukang ojek.
Pada 28 dan 29 April 2015 sebelum peringatan hari buruh sedunia, Presiden Jokowi mengajak sejumlah pimpinan buruh Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Mudhofir Khamid, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nenawea, dan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, dan Ketua Umum Federasi Serikat Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia (FSBTPI) Ilhamsyah makan siang di Istana Negara. Keesokan harinya, bersama pimpinan serikat buruh tersebut sebelumnya dan Ketua Umum Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos naik pesawat kepresidenan bersama Jokowi menuju Semarang. Di Semarang, Presiden didampingi pimpinan serikat buruh besar untuk meresmikan program satu juta rumah atau pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk buruh pabrik di Kelurahan Gedanganak, Ungaran.
Jokowi juga mengajak mahasiswa makan malam di Istana Negara mengantisipasi demonstrasi tanggal 20 Mei yang santer dengan isu “gulingkan Jokowi“. Ajakan makan malam tersebut pun manjur meredam demo mahasiswa, dimana Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Andi Aulia Rahman dan beberapa BEM lainnya batal menggelar demonstrasi tanggal 20 Mei dan mengganti harinya menjadi tanggal 21 Mei.
BEM UI juga menolak berdemonstrasi dengan isu penggulingan Jokowi, melainkan dengan isu hari kebangkitan nasional. Andi mendapat kritikan pedas dari sesama mahasiswa dan netizen, terutama dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan jaringannya yang memang getol mengusung isu penggulingan Jokowi. Tapi kemudian, Andi dkk kecewa karena Jokowi membatalkan pertemuan dengan mahasiswa yang sedianya dijanjikan tanggal 25 Mei. Mahasiswa pun beramai-ramai membuat tagar (hashtag) di Twitter dan Facebook, #JokowiBohong. (Baca juga: Makan Malam dengan Presiden, Ketua BEM UI Dikecam)

Pada 1 September 2015, Jokowi mengajak pengendara ojek, supir mikrolet dan supir taksi makan siang di Istana bersamaan dengan demonstrasi ribuan buruh yang mengusung berbagai tuntutan, termasuk mempersoalkan masalah pekerja asal Tiongkok.
Selain itu, pada 19 Agustus 2015, Jokowi mengundang pimpinan redaksi media untuk makan bersama. Mereka yang hadir di antaranya Suryopratomo (Metro TV), Budiman Tanuredjo (Kompas TV), Timbo Siahaan (JakTV), Nasihin Masha (Republika), Don Bosco Selamun (BeritasatuTV), Ilham Bintang (Cek dan Ricek), dan Meidyatama Suryodiningrat (The Jakarta Post).
Bertepatan dengan demonstrasi mahasiswa 1 September 2015 yang menuntut Jokowi mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah, 23 rektor dari berbagai perguruan tinggi diundang makan siang di istana. Beberapa rektor yang hadir, tiga diantaranya yaitu Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Dede Rosyada, dan Rektor Universitas Gadjah Mada Dwikora Karnawat. Dalam pertemuan itu, Jokowi menjelaskan kondisi ekonomi. Sementara, di luar istana, ratusan mahasiswa berdemo hingga malam hari pukul 22.00, termasuk BEM UI ikut berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut. (Baca juga: Setelah Sempat “Dikadalin” Jokowi dengan Makan Malam, Mahasiswa Aksi Nginap di Depan Istana)
Kebiasaan menenangkan aksi protes di meja makan ini sudah dilakukan Jokowi sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo, khususnya dalam mengatasi pedagang kaki lima yang menolak digusur.