Sebuah video yang dirilis oleh kawan dari Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN), Rico Tude, memperlihatkan dua orang Papua digelandang oleh tentara bersenjata. Wajah orang Papua penuh luka, berdarah-darah sampai ke dada yang bertelanjang, peluh di sana-sini. Mereka tampak sangat kelelahan. Sedangkan tentara, berteriak-teriak, membentak, menghardik dan mengancam akan menghabisi orang-orang Papua. Polisi di sekitarnya hanya melihat-lihat saja.
Untungnya video ini hanya sebuah aksi teatrikal yang dibawakan dalam aksi membela orang Papua yang dianiaya dan dibunuh di Deiyai, Papua. Gabungan satuan Brigade Mobil (Brimob) menembaki warga sipil pada 1 Agustus 2017. Satu orang tewas dan belasan orang Papua luka parah. Pihak Brimob mengklaim hanya menggunakan peluru karet. Di lokasi, proyektil peluru tajam ditemukan berhamburan.
Ravianus Douw (24 tahun) tidak pernah berpikir hidupnya akan berakhir saat mencari nafkah di kali Oneibo sore itu. Dia menjalani kehidupan sehari-harinya mencari ikan. Dia mengalami musibah, tenggelam. Kritis, orang-orang yang menolongnya pun spontan meminta pinjaman mobil kepada pekerja PT Dewa Kresna yang saat itu sedang membangun jembatan kali Oneibo. Mereka menolak mengantar korban ke RSUD Madi, Paniai. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka sehingga tidak mau bermurah hati. Mungkin mereka terlalu sibuk atau dilarang bos atau memang terlalu egois bahkan untuk menyelamatkan nyawa orang, apalagi nyawa orang Papua, manusia kelas dua di tanahnya sendiri.
Terpaksa orang harus lari 10 kilometer ke Wagete cuma buat menemukan mobil. Papua oh Papua, dari rumah sakit sampai sekadar mobil begitu susahnya. Di sini, mobil berjejal-jejal, macet, orang-orang Indonesia banyak sudah punya mobil walau kreditan.
Setelah berlari 10 kilo, mobil pun didapat. Perkirakan sendiri berapa lama itu. Habis itu Ravianus dibawa ke RSU Madi di Paniai yang jaraknya sekitar 30 km.
Dia mati.
Dia mati karena sebuah mobil, yang tidak dipinjamkan oleh sebuah perusahaan. Mati karena sebab yang sepele. Kalau Ravianus itu suamimu, anakmu, bapakmu, saudaramu atau tetanggamu, bagaimana perasaanmu? Kau ikhlaskan saja kah perusahaan itu yang ambil untung dari tanahmu, membiarkan orang yang kau pedulikan mati begitu saja?
Orang-orang Papua melampiaskan kemarahannya. Ngamuk. Posko keamanan perusahaan dibakar. Seperti biasa, mereka ditembak begitu saja, mati lagi satu orang. Sebuah kisah orang-orang Papua yang selalu dibuka dan ditutup dengan hal yang sama: kematian.
Itulah orang-orang Papua, begitu akrabnya dengan kematian. Video teatrikal itu tidak ada apa-apanya dibandingkan yang asli. Tapi kenapa ada orang mencak-mencak menonton video itu. Provokator, katanya. Mencak-mencakmu kapan saat lihat foto orang Papua dibunuh? Itu bukan barang langka untuk ditemukan.