
Solidaritas.net, Jakarta – Peristiwa tenggelamnya kapal yang membawa warga negara Indonesia (WNI) yang tenggelam di lepas pantai Sabak Bernam, Selangor, Malaysia, beberapa waktu lalu, sangat disesalkan oleh lembaga swadaya masyarakat yang mengurusi buruh migran Indonesia (BMI), Migrant Care. Para penumpang yang diduga BMI ilegal itu seharusnya tak menjadi korban, jika Pemerintah Indonesia mengawal proses pemulangannya dengan baik.
Ketua Migrant Care, Anis Hidayah dalam siaran persnya mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengusut tuntas kasus ini bersama Pemerintah Malaysia. Dia menduga, hingga saat ini masih banyak BMI yang terpaksa pulang ke Tanah Air dengan kapal, karena birokrasi, serta mahalnya transportasi kompoun (denda bagi buruh migran yang tidak berdokumen).
Selain itu, selama ini ditengarai juga ada monopoli yang dilakukan IMAN (International Market and Net Resources Sdn. Bhd) yang ditunjuk oleh Pemerintah Malaysia dan Indonesia dalam pemulangan tenaga kerja Indonesia (TKI) atau pekerja asing tanpa izin (PATI).
“Kebijakan pemulangan buruh migran tidak berdokumen di bawah IMAN juga harus segera di evaluasi,” kata Anis dalam siaran persnya, dikutip dari BBC Indonesia, Senin (7/9/2015).
Biaya pemulangan BMI ilegal dari Malaysia ke Tanah Air diketahui memang sangat besar. Dikutip pula dari website BuruhMigran.or.id, biaya pemulangan yang ditetapkan oleh IMAN itu mencapai hampir 1.500 ringgit Malaysia. Nilai itu belum termasuk biaya transportasi, yang jika menggunakan pesawat bisa lebih dari 2.000 ringgit Malaysia, karena harga tiket pesawatnya dibuat flat atau tetap, sedangkan seharusnya dari maskapai bisa berubah-ubah.
Tidak hanya itu saja, dalam kasus tenggelamnya kapal yang mengangkut BMI ini, Anis juga meminta Pemeritah Indonesia untuk memastikan agar seluruh hak-hak korban dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meski ternyata benar mereka adalah BMI ilegal.
Sementara, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno, juga mengaku sangat menyayangkan terjadinya musibah kapal tenggelam tersbeut. Dia menghimbau agar BMI yang akan pulang tak mengambil resiko dengan menempuh jalur pulang yang berbahaya.