Solidaritas.net – Produksi yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan industri menuntut mereka harus terus beroperasi selama 24 jam. Tak pelak, para buruhnya pun harus bekerja dengan jadwal shift agar selalu ada pekerja yang terus melakukan operasional, baik siang maupun malam. Sebagian buruh pun terpaksa harus bekerja pada malam hari ketika orang-orang tidur, dan kemudian beristirahat di siang hari ketika orang-orang mulai beraktivitas.
Dengan jadwal kerja yang memang menyalahi biologis tubuh manusia itu, ternyata akan menyebabkan banyak efek negatif pada kesehatan para buruh pabrik. Salah satu dampak dari bekerja shift itu adalah dapat menyebabkan terjadinya penyakit diabetes tipe 2. Fakta ini sendiri sudah dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dipimpin Zuxun Lu dari Huazhong University of Science and Technology di Wuhan, Cina.
Seperti dikutip dari US Health News, hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine itu menunjukkan bahwa pekerja shift, terutama pria, memiliki kemungkinan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibanding dengan pekerja yang tidak bekerja shift. Risiko khusus juga terjadi pada pekerja shift yang tidak bekerja pada jadwal shift yang tetap, atau jadwal kerja shift-nya selalu berubah setiap hari.
Para peneliti menemukan peningkatan risiko diabetes tipe2 mencapai 9 persen pada pekerja shift. Angka itu bertambah jadi 37 persen pada pekerja shift pria. Namun, alasan mengapa pekerja pria berisiko lebih besar dibanding wanita tidak jelas. Meski begitu, mereka percaya bahwa hal ini dipengaruhi kadar hormon testosteron. Pasalnya, penelitian lain telah menunjukkan hubungan kadar testosteron rendah dengan resistensi insulin dan diabetes.
Selain itu, jadwal kerja shift yang selalu berubah juga membuat risiko terkena diabetes tipe 2 semakin tinggi, dibandingkan orang-orang yang bekerja pada jam kerja normal. Risiko diabetes tipe 2 pada pekerja shift dengan jadwal yang tidak tetap itu mencapai 42 persen. Menurut para peneliti, jadwal kerja yang tidak menentu membuat tubuh sulit membentuk siklus tidur yang baik, yang dapat memperburuk resistensi insulin, penyebab diabetes.
Semua fakta di atas ditemukan setelah para peneliti menganalisis data dari 12 penelitian internasional yang melibatkan lebih dari 226.500 pekerja. Jadwal shift pekerja, indeks massa tubuh, riwayat diabetes keluarga dan tingkat aktivitas fisik mereka jadi beberapa hal yang diteliti. Namun, hasil penelitian tersebut tidak membuktikan hubungan sebab-akibat langsung antara jadwal kerja shift dan peningkatan risiko diabetes tipe 2 pada pekerja shift.
Menanggapinya, seorang psikiater klinis dari Lenox Hill Hospital di New York, Dr Alan Manevitz menyebut hasil penelitian itu sama sekali tidak mengejutkan. Pasalnya, beberapa penelitian sebelumnya juga mengaitkan kerja shift dengan pertambahan berat badan dan obesitas, yang merupakan faktor risiko terbesar pada diabetes tipe 2. Selain itu, para peneliti juga mencatat kerja shift dapat mempengaruhi kadar kolesterol dan tekanan darah.
“Para dokter telah lama mengetahui bahwa kerja shift mengganggu banyak bahan kimia penting di dalam tubuh, menciptakan efek bergelombang yang dapat menyebabkan penyakit seperti gangguan pencernaan, penyakit jantung, dan bahkan kanker. Sekarang diabetes tipe 2 dapat ditambahkan ke dalam daftar besar ini,” Dr Alan Manevitz.