Solidaritas.net – Jumat, 26 September 2014, Pemerintah Venezuela mengambil-alih pabrik Clorox yang ditinggalkan oleh pengusaha pada hari Senin sebelumnya.
“Rumus sosialis: setiap perusahaan yang ditinggalkan akan diambil alih oleh kelas pekerja,” kata Presiden Nicolas Maduro, dilansir dari BBC.com.
Wakil Presiden Jorge Arreaza memanggil para pekerja untuk mengaktifkan kembali kegiatan produksi.
“Mereka [para pekerja] bekerja sampai Jumat lalu, semuanya benar-benar normal, dan ketika mereka datang pada hari Senin, pintu ditutup. Lima menit kemudian, mereka menerima pesan suara pada ponsel mereka atas nama presiden perusahaan, Oscar Ledezma, di mana ia mengatakan, kami meninggalkan Venezuela, kami simpan paket likuidasi di rekening kalian…pabrik tidak akan bisa beroperasi lagi,” jelas Arreaza dilansir dari Venezueanalysis.
Arreaza juga menjelaskan bahwa pemerintah telah mengeluarkan kebijakan resmi untuk melanjutkan jalannya perusahaan.
“Kami belum bisa berbicara dengan salah satu dari mereka (pemilik Clorox), hanya dengan perwakilan mereka di Argentina melalui video conference, satu-satunya yang tinggal di sini hanyalah perwakilan mereka, firma hukum yang membela kaum borjuis sepanjang waktu,” katanya.
Pemerintah Venezuela memastikan para pekerja akan mendapatkan dukungan dari pemerintah dan ahli kimia untuk membuat pabrik beroperasi kembali di bawah kontrol para pekerja. Selain itu, Venezuela juga berencana akan membuka penyelidikan terhadap kejahatan ketenagakerjaan yang menimpa hampir 500 pekerja Clorox dan keluarganya.
Perusahaan yang memproduksi pembersih ini menutup pabriknya di Venezuela dengan alasan tak sanggup membayar pajak yang dianggap terlalu tinggi. Pengusaha pun menelantarkan 475 pekerjanya.
Namun, menurut Maduro, penutupan pabrik di negerinya merupakan “perang ekonomi” yang dilancarkan oleh oposisi. Ia memperingatkan kelas pekerja agar waspada terhadap “kegilaan” baru ini.