(Tarsono*)

Minggu ini, berita di media manapun ramai membahas tentang hari pertama masuk sekolah. Ketika ada para siswa baru yang baru masuk sekolah, ada pula siswa yang sebelumnya sudah lulus sekolah. Untuk para siswa yang berhasil lulus tingkat SMA dan tidak mampu melanjutkan untuk kuliah, mencari kerja adalah pilihan paling logis yang harus diambil. Seperti pengalaman penulis dan para lulusan lain yang memang tidak punya biaya untuk melanjutkan ke jenjang kuliah.
Banyak sekali pengalaman yang tidak mengenakkan ketika mencari kerja, mulai dari keliling kawasan jalan kaki namun tidak menemukan satu pun perusahaan yang membuka lowongan kerja, menyambangi satu per satu perusahaan penyedia lowongan kerja/yayasan outsourcing, sampai ditipu oleh calo pencari kerja. Berikut akan saya ceritakan pengalaman ditipu calo pencari kerja (pencaker) pada tahun 2007.
Saat tahun tersebut masih ramai dan jamak ditemui ketika pencari kerja mencari lowongan kerja menggunakan calo atau perusahaan penyedia lowongan kerja (belakangan ketika ramai demo buruh, baru tahu kalau perusahaan penyedia lowongan kerja itu disebut juga yayasan outsourcing). Sebenarnya pengalaman penipuan ini dialami teman saya yang saat itu harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta. Padahal, tahun tersebut UMK (upah minimum kabupaten) Bekasi masih Rp 900 ribu.
Baca juga: Upah Naik Tiap Tahun, Tapi …
Modus calo tersebut seperi biasanya bisa menjanjikan pekerjaan di salah satu perusahaan dengan gaji yang menggiurkan. Saat itu, saya hanya mengantarkan teman menemui si calo pencaker tersebut di daerah Tambun (lupa nama persis perumahannya). Ketika sampai di rumah calo tersebut, selain seluruh persyaratan (termasuk CV), teman saya juga diminta menyerahkan uang sebesar Rp 2 juta.
Memang modus operandi dari para calo ini sebenarnya begitu rapi dan meyakinkan. Jadi, ketika saya dan teman berada di rumah calo tersebut, ada dua orang saya tidak saya kenal datang bertamu juga. Dua orang tersebut datang mengucapkan terima kasih karena sudah dicarikan pekerjaan dengan gaji lumayan. Mereka benar-benar meyakinkan saya dan teman saya bahwa si calo itu adalah seorang yang bisa dipercaya akan mencarikan pekerjaan untuk teman saya dengan uang Rp 2 juta.
Setelah menyerahkan berkas lamaran dan uang, saya dan teman pulang sambil diberi tahu untuk siap-siap jika sewaktu-waktu di-SMS untuk mengikuti tes di sebuah perusahaan. Setelah pulang dari rumah tersebut, saya dan teman mempunyai harapan agar benar-benar bisa mendapatkan kerja apalagi memang sudah mengeluarkan uang segitu banyaknya. Memang sih teman saya bebarapa kali diberi jadwal untuk tes, tapi belum juga diterima kerja dengan berbagai alasan. Padahal perjanjiannya dulu, untuk yang mau membayar uang, maka tes-tes tersebut hanya formalitas. Tapi, janji tinggal lah janji dan ketika teman saya meminta uangnya dikembalikan, tidak dihiraukan oleh calo tersebut.
Setelah beberapa kali mencoba kembali ke rumah calo itu untuk meminta kembali uang yang sudah diberikan, rumah calo tersebut kosong dan sudah ditinggalkan begitu saja. Menurut informasi dari tetangganya, ternyata rumah calo itu adalah rumah kontrakan. Dua orang yang dulu datang untuk berterima kasih telah dicarikan pekerjaan, ternyata sudah diatur (acting).
Semoga pengalaman ini bisa menjadi pelajaran untuk adik-adik yang baru lulus dan berusaha mencari kerja. Jangan mudah terpengaruh iming-iming cepat dapat kerja dengan cara membayar sejumlah uang, dan jangan mudah percaya dengan orang lain.
Di tulisan berikutnya, saya akan menceritakan pengalaman teman saya yang kembali ditipu oleh calo pencaker, tapi kali ini berhasil menyita dan mengambil barang-barang milik calo untuk mengganti uang yang sudah diberikan.
(* Penulis adalah buruh yang bekerja di salah perusahaan perusahaan komponen otomotif, kawasan industri Jababeka, Cikarang)