Solidaritas.net –
TK = KB : PB atau TK = KB/PB
Keterangan:
TK = Besaran tenaga kerja buruh yang dibutuhkan dalam bekerja (atau besaran tenaga kerja yang seharusnya dikeluarkan oleh buruh).
KB = Besaran bundel kumpulan konsumsi buruh (atau besaran tertentu standar hidup buruh).
PB = Besaran produktivitas buruh.
Produktivitas buruh akan semakin meningkat bila dibantu dengan perkakas (mesin) produksi yang lebih canggih kemampuannya. Menurut rumus tersebut, semakin besar produktivitas buruh maka seharusnya semakin rendah besaran jam kerja yang dibutuhkan buruh untuk bekerja; atau ada pengurangan besaran jam kerja (dalam menghasilkan besaran produksi per unit-nya). Sehingga semakin kecil pula nilai (jam kerja buruh) yang dikeluarkan oleh buruh (dan tertanam dalam barang hasil produksinya). Dengan demikian, seharusnya, nilai barang menjadi semakin murah. Itu artinya: akan semakin besar pula besaran bundel kumpulan barang yang seharusnya dikonsumsi buruh, alias akan semakin sejahtera lah buruh itu. Namun apa yang terjadi:
NL = JK – TK atau NL = JK dikurang TK.
Keterangan:
NL = Besaran nilai lebih yang dirampas kapitalis (atau jam kerja buruh, keringat buruh, yang yang tidak dibayarkan pada buruh).
JK = Besaran jam kerja yang dikeluarkan buruh (dalam sehari nya, dalam seminggu nya atau dalam sebulannya, tergantung bagaimana kita mau menghitungnya).
TK = Besaran Tenaga Kerja Buruh yang Dibutuhkan dalam Bekerja (atau besaran tenaga kerja yang seharusnya dikeluarkan oleh buruh).
Perhitungannya:
1. Buruh bekerja, misalnya, 7 jam dalam sehari kerja;
JK = 7 jam.
2. Kapitalis hanya membayar buruh dengan nilai seolah-olah buruh hanya bekerja 2 jam dalam sehari kerjanya;
TK = 2 Jam
3. Jadi, nilai lebih yang dirampas kapitalis, atau keringat buruh yang dihisap kapitalis, atau jam kerja yang tidak dibayarkan kepada buruh oleh kapitalis adalah:
NL = 7 jam – 2 jam = 5 jam.
Bila kita melihat rumus sebelumnya, yakni: TK = KB : PB, maka karena TK tidak diberikan sesuai dengan yang seharusnya (atau sesuai dengan jam kerja dan produktivitasnya), maka kemakmuran atau kesejahteraan buruh menjadi lebih rendah (konsumsinya atau KB nya menjadi rendah)–tidak layak sebagai pekerja abad ke-21, hanya cukup agar tetap hidup seadanya, kembali ke pabrik dan beranak-pinak sebagai keluarga yang miskin). Perkakas produksi, sarana-sarana produksi, teknologi tinggi yang, sebenarnya, dapat meningkatkan produktivitas/kelimpahan barang dengan harga yang semakin murah (karena nilai jam kerja yang tertanam dalam barang semakin kecil), jadi TIDAK BERARTI BAGI BURUH DAN MASYARAKAT.
Bagaimana itu bisa terjadi? Dan bagaimana seharusnya produksi yang tanpa penghisapan? Lihat lah perhitungan di bawah ini:
- Ekonomi-Politik Penghisapan Terhadap Buruh dan Ekonomi-Politik Tanpa Penghisapan Terhadap Buruh (Bagian 1)
- Ekonomi-Politik Penghisapan Terhadap Buruh dan Ekonomi-Politik Tanpa Penghisapan Terhadap Buruh (Bagian 2)