Bagaimana kaum proletar berbeda dengan para budak?
Sang budak dijual sekali untuk selamanya; sang proletar harus menjual dirinya sendiri setiap hari dan setiap jam.
Tiap budak, yang merupakan properti (barang milik) seorang tuan majikan, dijamin keberadaannya, betapapun sengsaranya dia, demi kepentingan si tuan majikan. Tiap proletar, yang juga adalah properti seluruh kelas kapitalis (borjuis) yang membeli kerjanya ketika seseorang membutuhkannya, tak memiliki keberadaan yang aman. Keberadaannya dijamin hanya sebagai kelas secara keseluruhan. (Baca juga: Bagaimana Proletariat Muncul?)
Budak ada di luar persaingan; proletar ada di dalam persaingan dan mengalami segala ketidakterdugaannya.
Budak dianggap sebagai suatu barang, bukan sebagai anggota masyarakat. Karena itu, budak bisa memiliki keberadaan yang lebih permanen ketimbang proletar, kendati proletar hidup di dalam tahapan perkembangan sosial yang lebih tinggi, dan, dirinya sendiri, berdiri pada satu tingkat sosial yang lebih tinggi daripada budak.
Bagaimana kaum proletar berbeda dengan kaum hamba (serf)?
Kaum hamba memiliki dan menggunakan suatu instrumen produksi, yakni sepetak tanah, dan sebagai gantinya ia menyerahkan suatu bagian dari produk atau bagian dari pelayanan kerjanya.
Kaum proletar bekerja dengan instrumen-instrumen produksi milik pihak lain, bekerja untuk pihak lain, guna mendapatkan suatu bagian dari produk yang dihasilkannya.
Kaum hamba menyerahkan, proletar menerima. Kaum hamba keberadaannya terjamin, proletar tidak. Kaum hamba ada di luar persaingan, proletar ada di dalamnya.
Kaum hamba membebaskan dirinya dengan satu dari tiga cara: melarikan diri ke kota dan di sana menjadi seorang tukang/pekerja terampil; atau, sebagai ganti dari produk-produk yang dihasilkan dan pelayanan jasa yang diberikan, ia menyerahkan uang kepada tuannya dan dengan jalan itu menjadi seorang petani bebas; atau ia menggulingkan tuan feodalnya dan dengan sendirinya menjadi seorang pemilik properti. Pendeknya, dengan satu atau lain jalan, ia masuk ke dalam kelas pemilik dan memasuki persaingan. Proletar membebaskan dirinya dengan menghapuskan persaingan, kepemilikan pribadi, dan semua perbedaan kelas.
Bagaimana kaum proletar berbeda dengan kaum pengrajin (handicraftsmen)?
Bertolak belakang dengan proletar, yang dinamakan handicrafsman (pengrajin atau pekerja terampil) ini, yang masih ada hampir di mana-mana pada abad yang silam (Abad ke-18) dan masih ada di sana-sini hingga saat ini, tidak lebih dari seorang proletar sementara. Tujuan sang pengrajin adalah mendapatkan kapital (modal) bagi dirinya sendiri dan dengan kapital itu ia mengeksploitasi pekerja-pekerja yang lain. Sering kali ia bisa mencapai tujuan ini di mana masih ada gilda (atau bengkel-bengkel kecil) atau di mana kebebasan dari pembatasan-pembatasan gilda belum bermuara pada pemberlakuan metode-metode produksi pabrik ke dalam pertukangan atau ke persaingan sengit. Tapi, segera sesudah sistem pabrik diberlakukan ke dalam pertukangan dan persaingan berkembang sepenuhnya, perspektif tersebut lenyap dan para pengrajin semakin menjadi proletar.
Oleh karenanya, para pengrajin membebaskan dirinya entah dengan menjadi kapitalis (borjuis) atau memasuki kelas menengah secara umum, atau menjadi seorang proletar karena persaingan (sebagaimana lebih sering terjadi sekarang ini). Bila ia menjadi seorang proletar ia bisa membebaskan dirinya dengan bergabung ke dalam gerakan proletar.
Bagaimana kaum proletar berbeda dengan kaum pekerja manufaktur?
Pekerja manufaktur dari Abad ke-16 hingga Abad ke-18 masih mempunyai, dengan sedikit pengecualian, instrumen produksi yang dimilikinya sendiri–mesin tenunnya, roda pintal keluarga, sepetak kecil tanah yang dia garap dalam waktu luang. Proletar tidak memiliki satu pun dari hal-hal tersebut, kecuali tenaga kerjanya.
Pekerja manufaktur hampir selalu hidup di pedesaan dan dalam relasi yangkuran-lebih berpatron (patriakal) dengan tuan tanah atau majikannya; proletar hidup, untuk sebagian terbesar, di kota dan relasi dengan majikannya murni relasi uang.
Pekerja manufaktur diceraikan dari relasi patriarkalnya oleh industri besar, kehilangan properti apapun yang masih dimilikinya, dan dengan jalan ini menjadi seorang proletar.
(E)