Solidaritas.net | AS – Lagi-lagi terjadi kasus diskriminasi terhadap ibu hamil, perempuan ini dipecat karena melahirkan dan punya anak. Doughnut Plant memecat seorang supervisor saat dia cuti hamil setelah dua kali memberi peringatan dan mendesaknya untuk tinggal di rumah dengan bayinya, hal itu terungkap dalam tuntutan yang diajukan pekan lalu.
Mekhala Sofsky (30 tahun) yang merupakan penduduk Ridgewood, menggugat toko roti terkenal itu dengan delik diskriminasi terhadap dirinya karena kehamilannya. Menurut dokumen pengadilan, hal Ini terlihat dari pemecatan dan pemotongan gajinya yang secara substansial terjadi setelah dia mengatakan kepada atasannya bahwa ia hamil.
Sofsky ingin dipekerjakan kembali dan menerima kembali gaji untuk membantunya membesarkan putrinya Milana yang kini berusia dua tahun. Sofsky juga menuntut kompensasi atas “kerugian emosional dan fisik,” menurut gugatan yang diajukan pada 19 Desember 2014 di Mahkamah Agung Manhattan.
“Sampai aku mengatakan kepada mereka [bahwa saya hamil] Saya telah melakukan pekerjaan dengan sangat baik. Tidak ada keluhan, tidak ada masalah apa pun dan kemudian pada dasarnya setelah saya mengatakan kepada mereka, itu mulai membuat masalah,” beber Sofsky.
“Tidak ada dalam perilaku saya berubah kecuali untuk menjadi hamil dan harus berurusan dengan hal-hal yang berbeda.” imbuh karyawan yang kini telah menjadi seorang Ibu tersebut.
Ketika Sofsky mengatakan pada bosnya ia hamil pada bulan Juli 2012, dia telah bekerja di Doughnut Plant selama lebih dari satu tahun dan baru-baru ini dipromosikan menjadi manajer personalia untuk mengawasi toko yang berlokasi di Chelsea dan Lower East Side. Tapi ketika dia mengatakan kepada pemilik Doughnut Plant Mark Israel, bahwa ia hamil, Israel segera merespon, “ia tidak berpikir Sofsky ingin kembali bekerja setelah melahirkan bayinya,” demikian menurut laporan gugatan hukum tersebut.
Sofsky mengatakan pada atasannya bahwa ia akan kembali bekerja setelah melahirkan, tapi “Israel menjawab bahwa ia harus benar-benar tetap tinggal di rumah dengan bayinya.”
“Ketika ia berkata seperti itu seolah ingin menangkap kelemahan saya,” kata Sofsky, yang dulunya berharap agar atasannya bersikap lebih positif. Ini pukulan yang tidak saya harapkan sama sekali. Sofsky menyesali keputusan perusahaan tempatnya bekerja.
Sebulan kemudian, Sofsky mengatakan pada atasannya bahwa ia tidak dapat bekerja selama 40 jam seminggu karena morning sickness. Masih di bulan yang sama, Sofsky mendapatkan penurunan jabatan menjadi pekerja yang diupah per jam dan diberitahu hanya akan mengelola toko di Chelsea, tidak di Grand Street. Supervisor beralasan tidak puas dengan kinerja perempuan itu. Beberapa bulan setelahnya, Bosnya kembali menyalahkan Sofsky yang dianggap tidak menjalankan tugas dengan baik dan bertanggungjawab atas berbagai insiden yang di luar kendalinya.
“Saya meminta mereka untuk memberitahu saya apa yang mereka inginkan dari saya, apa yang mereka butuhkan dari saya. Mereka tidak berkomunikasi dengan saya sama sekali,” katanya.
Kemudian, pada 21 Desember 2012, Direktur Operasional, Salazar menurunkan jabatan Sofsky sekali lagi, dari manajer menjadi supervisor. Hal ini terjadi kurang dari dua minggu sebelum ia mulai cuti melahirkan pada 3 Januari 2013. Doughnut Plant juga memotong gajinya dari USD 50.000 per tahun menjadi USD 14 per jam. Perusahaan juga mengurangi bonus tahunan-nya dari USD 1,000 sampai USD 250 dan menghilangkan liburannya yang dipotong dari waktu sakit, yang berlaku efektif pada hari pertama cuti melahirkan.
Perusahaan akhirnya memecat Sofsky pada tanggal 10 April 2013. Beberapa hari setelah itu, pengacara Sofsky mengirim surat meminta Doughnut Plant untuk mengakhiri “melakukan tindakan dan keputusan diskriminatif” terhadap Sofsky.
Doughnut Plant tentu membantah semua tuduhan diskriminasi dalam sebuah pernyataan pembelaan diri:
“Doughnut Plant adalah perusahaan yang adil dan fleksibel dengan track record yang kuat dari kebijakan yang ramah pada keluarga. Kami bangga menerima keragaman, mematuhi baik semangat dan surat hukum yang berkaitan dengan wanita hamil, dan menawarkan cuti dan gaji yang ramah terhadap peran Ibu maupun Ayah.”
Sofsky mengatakan ia hanya ingin perusahaan untuk melakukan hal yang benar.
“Mereka tidak menangani hal ini dengan cara yang benar dan cara mereka membuat saya dan putri saya menderita,” pungkasnya.
Sumber: Dnainfo.com / Lisha Ariano