Banten – Banyak permasalahan yang dialami oleh kaum buruh di Indonesia, mulai
dari pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak, upah yang tak dibayar, hingga
kebebasan berserikat yang diberangus oleh para pengusaha. Para buruh di PT
Siemens Indonesia juga sedang mengalami kasus dalam hubungan industrial dengan
pihak perusahaan. Sejumlah buruh mengaku mereka telah mengalami diskriminasi
dalam besaran upah berbeda dari manajemen perusahaan, meski pun mereka bekerja
dalam posisi dan jabatan yang sama.
Buruh PT Siemens Indonesia unjuk rasa di depan kantor. Foto: PojokSatu.id |
Oleh
karena itu, para buruh tersebut pun melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut
penghapusan diskriminasi dalam pemberian upah itu. Sekitar ratusan buruh PT
Siemens tersebut menggelar aksi demonstrasi dengan mogok kerja dan turun ke
jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka di depan kantor Siemens, Kawasan
Industrial Estate Cilegon (KIEC), Cilegon, Banten, tepat di hari pertama Ramadhan
tahun 2016 ini, Senin (6/6/2016). Koordinator aksi unjuk rasa tersebut, Rahmatullah
mengatakan bahwa pihaknya menggelar aksi untuk menuntut adanya hubungan kerja
yang baik antara buruh dan pihak perusahaan.
karena itu, para buruh tersebut pun melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut
penghapusan diskriminasi dalam pemberian upah itu. Sekitar ratusan buruh PT
Siemens tersebut menggelar aksi demonstrasi dengan mogok kerja dan turun ke
jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka di depan kantor Siemens, Kawasan
Industrial Estate Cilegon (KIEC), Cilegon, Banten, tepat di hari pertama Ramadhan
tahun 2016 ini, Senin (6/6/2016). Koordinator aksi unjuk rasa tersebut, Rahmatullah
mengatakan bahwa pihaknya menggelar aksi untuk menuntut adanya hubungan kerja
yang baik antara buruh dan pihak perusahaan.
“Kita
sedang menuntut tentang diskriminasi upah di PT Siemens, karena selama ini kita
sudah melakukan perundingan sejak Mei lalu sampai sekitar lima kali, namun juga
belum ada titik temu, dan mereka tidak ada itikad baik,” ungkap Rahmatullah
kepada sejumlah wartawan di sela-sela aksi unjuk rasa itu, dikutip dari PojokSatu.id, Kamis (09/06/2016).
Dia
sendiri mengaku mereka sudah melakukan mogok kerja selama dua hari, sebelum
menggelar aksi unjuk rasa tersebut. Selain itu, mereka juga akan mengupayakan jalan
keluar secara hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perwakilan para buruh
itu pun sudah kembali melakukan mediasi secara tertutup pada saat aksi unjuk
rasa berlangsung, dengan harapan akan didapatkan solusi terbaik untuk persoalan
tersebut. Namun, dalam mediasi itu pihak manajemen perusahaan tidak juga
mengabulkan tuntutan mereka, maka para buruh berjanji akan melakukan aksi unjuk
rasa dan mogok kerja yang lebih besar.
sendiri mengaku mereka sudah melakukan mogok kerja selama dua hari, sebelum
menggelar aksi unjuk rasa tersebut. Selain itu, mereka juga akan mengupayakan jalan
keluar secara hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perwakilan para buruh
itu pun sudah kembali melakukan mediasi secara tertutup pada saat aksi unjuk
rasa berlangsung, dengan harapan akan didapatkan solusi terbaik untuk persoalan
tersebut. Namun, dalam mediasi itu pihak manajemen perusahaan tidak juga
mengabulkan tuntutan mereka, maka para buruh berjanji akan melakukan aksi unjuk
rasa dan mogok kerja yang lebih besar.
“Kita
sudah dua hari mogok kerja dan hari ini aksinya. Kita akan berupaya secara
hukum. Belum berapa lama perwakilan kita negosiasi. Jika tidak ada kesepakatan,
mogok dan aksi lagi,” pungkas Rahmatullah menambahkan keterangannya kepada para
wartawan di lokasi.
Pingback: Suarakan Tutup Freeport dan Golput, Massa Aksi Digebuk Polisi – Solidaritas.net