Solidaritas.net, Jakarta – Kasus kebakaran lahan dan hutan di Indonesia sudah berada pada kondisi yang semakin mengkhawatirkan belakangan ini. Titik-titik terjadinya kebakaran lahan terus bertambah, baik di Sumatera maupun Kalimantan. Akibatnya, masyarakat pun telah menjadi korban, karena mengisap kabut asap yang dapat mengganggu saluran pernapasan manusia, sehingga saat ini banyak yang menderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan bahwa berdasarkan pantauan Satelit Terra dan Aqua pada Sabtu (12/9/2015), terdapat 1.887 titik panas yang terdeteksi. Titik-titik panas itu tersebar di Sumatera sebanyak 575 titik dan 1.312 titik di Kalimantan. Menurutnya, jumlah titik panas itu akan terus bertambah, meski operasi darurat asap telah ditingkatkan.
“Diperkirakan hingga pertengahan September potensi kebakaran masih tinggi karena cuaca semakin kering,” jelas Sutopo, seperti dikutip dari Koran-Sindo.com, Selasa (15/9/2015).
Ditambahkannya, sebagian besar titik panas yang terdeteksi di Sumatera berada di daerah Sumatera Selatan, yakni sebanyak 449 titik. Kemudian, di Jambi 93 titik, Bangka Belitung 49 titik, dan Riau 11 titik. Sedangkan di Kalimantan, tersebar sebanyak 508 titik di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan 127 titik, Kalimantan Tengah 579 titik, Kalimantan Timur 95 titik, dan Kalimantan Utara 4 titik. Jumlah itu sendiri diprediksi bisa terus bertambah dan meluas. (Baca juga: Kabut Asap di Riau Telan Korban Bocah Miskin)
Sementara itu, masih menurut Sutopo, kualitas udara di semua wilayah tersebut juga terus memburuk. Bahkan, sebagian besar daerah memiliki udara yang sudah berada pada level tidak sehat hingga bahaya. Berdasarkan data sementara yang dimilikinya, penderita ISPA sudah mencapai puluhan ribu orang, yakni di Riau sebanyak 14.566 jiwa, Sumsel 22.855 jiwa, dan Kalsel 40.000 jiwa. Itu belum termasuk di daerah lainnya yang juga terkena asap.
“Sampai saat ini asap masih menutupi wilayah Sumsel, Riau, sebagian Lampung, dan seluruh wilayah Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara,” tambah Sutopo lagi menerangkan.
Melihat kondisi itu, wajar saja jika saat ini sudah banyak pihak yang menuntut pemerintah untuk segera mengambil tindakan yang serius. Pemerintah jangan hanya melakukan aksi tanggap darurat untuk memadamkan api, melainkan juga menangani korban kabut asap itu. (Baca juga: Kabut Asap Tingkatkan Jumlah Penderita ISPA)
“Pemerintah juga harus memberikan kompensasi terhadap rakyat yang sakit. Mereka tidak bisa bekerja karena asap, tidak dapat sekolah dan beraktivitas yang lain,” ujar Sekretaris Jenderal Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Rahmat Ajiguna, yang juga menuntut pemerintah untuk menyediakan tempat pengungsian, layanan kesehatan gratis, makanan dan minuman, serta layanan psikolog bagi semua korban bencana kabut asap tersebut.