Sejarah Lahirnya Mogok Kerja

Solidaritas.net – Mogok kerja secara sederhana adalah aksi yang dilakukan oleh buruh secara bersama-sama untuk menghentikan pekerjaan (kegiatan produksi). Mogok kerja mulai digunakan sebagai alat perjuangan buruh pada masa Revolusi Industri dimana buruh menjadi faktor penting dalam kegiatan industri manufaktur dan pertambangan. Mayoritas negara Barat melegalkan mogok kerja sebagai hak dasar buruh pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20.

buruh mogok kerja
Foto Ilustrasi: Pemogokan buruh tekstil Lawrence, Massachusetts, 1912. Sumber: womhist.binghamton.edu

Seperti dilansir wikipedia.org, pemogokan juga digunakan sebagai alat untuk memaksa pemerintah merubah kebijakan. Dalam skala yang lebih luas, pemogokan dapat menjadi bagian dari gerakan sosial sebagai bagian dari perlawanan rakyat sipil. Sebagai contoh pemogokan buruh kapal tahun 1980 di Polandia yang merupakan bagian gerakan sosial untuk merubah situasi politik di negara tersebut.

Sejarah tertulis pertama yang mencatat aksi mogok kerja ditemukan di akhir dari pemerintahan dinasti Firaun Ramses III di Mesir Kuno pada 14 November 1152 SM. Dilakukan oleh para pengrajin Royal Necropolis di kota Deir el-Medina yang meninggalkan pekerjaan mereka akibat upah yang belum dibayarkan oleh pihak berwenang di Mesir.

Aksi mogok kerja kemudian juga menjadi sebuah gerakan politik di masa Revolusi Industri ketika untuk pertama kalinya banyak orang menjadi bagian dari kelas buruh industri, yang menukarkan tenaga kerjanya dengan sejumlah uang yang disebut upah.

Pada tahun 1830-an gerakan Chartist mencapai puncaknya, dengan memperluas kesadaran kelas pada kaum buruh. Gerakan buruh yang namanya diambil dari Piagam Rakyat 1838 ini menuntut reformasi politik di Inggris dengan basis kuat di beberapa daerah, seperti di Inggris Utara, Midlands Timur, Black Country dan South Wales.

Pada tahun 1842 tuntutan peningkatan upah dan perbaikan kondisi kerja di banyak industri berbeda pada akhirnya meledak menjadi pemogokan umum modern pertama. Dimulai setelah pengajuan petisi Chartist kedua yang ditolak oleh legislatif, pemogokan dimulai di pertambangan batu bara Staffordshire, Inggris dan segera menyebar di Inggris Raya, mempengaruhi pabrik-pabrik di Lancashire dan tambang-tambang batu bara di daerah Dundee hingga South Wales dan Cornwall.

(Baca selanjutnya di halaman 2)

Alih-alih pemogokan spontan berubah menjadi pemogokan massal, pemogokan ini memiliki motif politik yang diarahkan oleh agenda yang kuat untuk memperoleh konsesi-konsesi politik. Barangkali lebih dari separuh dari jumlah seluruh tenaga kerja mengikuti mogok kerja ini, pada puncaknya mencapai lebih dari 500.000 orang.

Kepemimpinan lokal menumbuhkan tradisi perlawanan kelas buruh menjadi gerakan politik untuk memperkuat perlawanan terhadap kapitalis.  Seorang pengamat di London, Friedrich Engels menulis :

“…dengan jumlah tersebut, kelas ini telah menjadi yang paling kuat di Inggris…kelas buruh di Inggris baru saja menyadari kekuatannya dan buah dari kesadaran ini adalah perlawanan pada musim panas lalu.”

Dalam perkembangannya di akhir abad ke-19, pemogokan menjadi bagian dari hubungan industrial dalam dunia industri di seluruh dunia, dimana kaum buruh mengorganisir dirinya untuk kemudian secara bersama-sama memperjuangkan kenaikan upah dan perbaikan kondisi kerja.

***

activate javascript

Tinggalkan Balasan