Tim seleksi akhir memilih proyek ini karena menggunakan teknologi sederhana dan mudah diakses bagi kaum buruh dalam memperjuangkan hak-haknya. Dukungan terhadap proyek ini akan membantu meningkatkan kemampuan solidaritas.net menggunakan teknik tepat guna dalam melayani kebutuhan para buruh, termasuk memindahkan informasi daring (online) pada format layar kecil. Kelompok pengusul proyek ini telah berpengalaman dalam mengerjakan isu-isu buruh serta mereka memiliki energi dan antusiasme yang diperlukan untuk menyukseskan sebuah proyek.
Heidi Arbuckle mengatakan kualitas ide yang diajukan oleh para finalis, mengesankan. Menurutnya, ada potensi yang sangat besar di masyarakat untuk mengembangkan ide-ide kreatif di sektor ponsel yang tidak melulu soal keuntungan, tetapi juga untuk kepentingan sosial.
“Pada akhirnya kami memilih ide-ide yang akan paling menguntungkan masyarakat dari strategi penggunaan teknologi seluler oleh tim pengusul yang dianggap mampu menjadikan ide-ide ini sehingga membuahkan hasil nyata,” kata Heidi, dikutip dari Siaran Pers CMS, 20 Juni 2014.
Inisiator Solidaritas.net Media Center, Sarinah mengatakan pihaknya berterima kasih atas kepercayaan dari tim seleksi akhir. “Kami mendapatkan kesempatan besar untuk mewujudkan gagasan ini. Terima kasih atas kepercayaan tim seleksi akhir yang tentunya tidak akan kami sia-siakan,” ujarnya.
Sarinah juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada publik yang memberikan dukungan terhadap proyek ini. (Baca juga: Penulis Solidaritas.net Menangkan Jajak Kebutuhan Cipta Media Seluler)
“Terima kasih untuk kawan-kawan, khususnya buruh yang yang telah memberikan dukungan publik via Facebook, Twitter dan SMS yang mencapai 1.102 SMS. Besarnya dukungan ini membuat kami optimis proyek ini akan berjalan dengan baik dan bisa dinikmati oleh buruh di wilayah Cikarang dan sekitarnya. Kami akan membangun media center yang memproduksi informasi dan pengetahuan perburuhan, kemudian disebarkan di berbagai media yang ramah seluler. Media center ini juga sekaligus tempat di mana buruh bisa berkumpul untuk berkonsolidasi, konsultasi hukum, pendidikan dan advokasi ataupun hanya untuk mengakses internet secara gratis dengan komputer yang disediakan untuk pengunjung,” katanya.
CMS adalah seleksi hibah secara terbuka dari Ford Foundation yang diberikan kepada inisiatif-inisiatif yang mampu memperkuat penggunaan teknologi seluler untuk perubahan sosial. Hibah ini diluncurkan pada 20 Januari 2014. Panitia CMS terdiri dari Ford Foundation, Wikimedia Indonesia dan ICT Watch.
Sebanyak total US $ 750.000 akan dibagikan ke 12 proyek terpilih. Mereka juga akan menerima bantuan teknis dan dukungan pemanduan untuk mengembangkan proyek-proyek tersebut selama satu tahun ke depan. Ke-12 proyek akhir yang terpilih adalah:
1. Nada dering, Wallpaper, dan Nada Sambung Panggilan (Makassar) yang diusung oleh Andi Rahmat Munawar – bertujuan untuk menghubungkan kembali anak-anak muda dengan musik tradisional dan simbolisme budaya mereka yang terlupakan melalui penyediaan akses gratis nada dering, wallpaper dan berbagai fitur untuk melambangkan selera pribadi ponsel mereka.
2. Mitra Kerja Penyandang disabilitas (Surabaya) yang diusung oleh Rubby Emir – akan mengembangkan aplikasi ponsel yang menghubungkan para pencari kerja difabel dengan pemberi kerja yang potensial untuk mengatasi ketidaksetaraan akses terhadap pekerjaan.
3. Sistem Informasi Integrasi Kepramukaan (Sukabumi) yang diusung oleh Mulyana Sandi – akan mengembangkan aplikasi ponsel untuk pramuka yang mengubah ponsel menjadi alat penting untuk pelacakan, pendidikan, dan keamanan pramuka. Proyek ini dipilih oleh masyarakat dan tim seleksi akhir.
4. Pelatihan Jaringan Seluler Nirkabel berbasis BTS Terbuka (Depok)yang diusung oleh Universitas Surya – akan memberikan pelatihan untuk memperluas pengetahuan lokal dan keahlian tentang cara menjalankan jaringan seluler nirkabel sumber terbuka (open source) yang menyediakan akses jaringan untuk masyarakat yang jauh dari akses telekomunikasi.
5. Solidaritas.net Media Center (Cikarang), yang diusung oleh Sarinah – akan mengembangkan layanan informasi ponsel dengan menggunakan gambar, video dan pesan singkat termasuk sms, whatsapp dan BBM sehingga buruh mudah mendapatkan akses informasi, konsultasi dan bantuan hukum.
6. m-Pantau KBB Menjaga Keragaman (Depok), yang diusung oleh Gamal Ferdhi – akan mengembangkan sebuah web dan sms berbasis pemetaan warga untuk memantau pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di 34 provinsi diIndonesia.
7. Kampanye “Frekuensi Milik Publik” (Jakarta), diusung oleh Roy Thaniago – akan mengembangkan aplikasi ponsel yang memudahkan pelaporan kasus-kasus pelanggaran televisi kepada Komisi Penyiaran dan membangun kampanye kesadaran media literasi di kalangan anak muda.
8. Situs Laporan Warga Tanah Papua Berbasis SMS (Jayapura), diusung oleh Victor Claus Mambor – akan menggunakan layanan pesan singkat dan alat pemetaan warga online yang memungkinkan warga melaporkan isu-isu kesehatan dan pendidikan, sehingga mengatasi hambatan geografis untuk mengakses informasi di dua propinsi di Papua.
9. Lingkar Suara Buruh Perempuan (Jakarta Utara), diusung oleh Dian Septi Trisnanti – akan menggunakan layanan pesan singkat, radio streaming, dan video yang membantu buruh perempuan di 5 kota untuk mendapatkan akses informasi dan layanan yang melindungi hak-hak mereka.
10. Monitoring Wilayah dan Hutan Suku Tobelo Dalam Dodaga (Maluku Utara), diusung oleh Albert Junior Ngingi – akan menggunakan layanan pesan singkat untuk pelaporan dan alat pemetaan warga dalam memetakan tanah masyarakat adat Dodaga sehingga memungkinkan masyarakat adat untuk menggunakan hak mereka atas wilayah adat.
11. Peta Persampahan (Bandung) diusung oleh Anilawati Nurwakhidin – akan mengembangkan aplikasi ponsel, web dan sms gateway untuk meningkatkan partisipasi publik dan akuntabilitas pemerintah dalam sistem pengelolaan sampah di Kota Bandung.
12. Desa 2.0: Sistem Tata Kelola Sumber Daya Desa (Cilacap), diusung oleh Yossy Suparyo – akan meningkatkan sistem informasi desa sehingga dapat diakses dengan bandwidth rendah, pengguna smartphone kualitas rendah (low–end) untuk memastikan pemerintah di tingkat desa yang bertanggung jawab.