Solidaritas.net, Makassar- Dalam peringatan May Day 2015, beberapa organisasi yang tergabung dalam Solidaritas Rakyat (SORAK) melakukan aksi damai di bawah jalan layang Jl Jenderal Urip Sumoharjo Kota Makassar Jumat (1/5/2015). Pada aksi tersebut, massa menyerukan agar rakyat membangun partai politiknya sendiri tanpa elit.

SORAK yang terdiri dari 19 elemen didalamnya, seperti GSBN, KPO-PRP, PPR, FMD-SGMK, FMK, FOSIS, PEMBEBASAN, KIPAS, FPPI, LBH Makassar, KOMUNAL, HMT FAI UMI, SRIKANDI, FMN, FKPM, FSPBI, SJPM dan ACC mengusung tema: “Jokowi-JK Gagal Mensejahterakan Rakyat, Saatnya Buruh Dan Rakyat Bangun Partai Politik Sendiri Tanpa Elit”.
SORAK juga mendeklarasikan 10 tuntutan:
1. Hapus sistem kerja kontrak dan outsourcing
2. Hapus UU yang tidak berpihak pada buruh
3. Tolak dan hentikan pemberangusan serikat
4. Hapus UU anti demokrasi
5. Wujudkan jaminan sosial tanpa syarat
6. Berikan layanan angkutan gratis untuk buruh dikawasan
7. Tolak pencabutan subsidi, BBM, Pendidikan, Listrik dll
8. Pendidikan dan kesehatan gratis serta berkulitas
9. Lawan praktek-praktek militerisme pada rakyat
10. Hentikan segala bentuk perampasan tanah rakyat dan laksanakan reforma agraria
Serta memberikan du solusi kepada pemerintah untuk menuntaskan persoalan rakyat, yaitu nasionalisasi aset vital di bawah kontrol rakyat, bangun industri nasional yang mandiri dan berkarakter kerakyatan.
Wajenlap SORAK yang juga anggota PPR, Amri mengatakan, “Pemerintah gagal dalaam mensejahterakan rakyat dan itu terbukti dari setiap kebijakannya yang justru menindas rakyat. Rakyat hanya bisa sejahtera apabila buruh berkuasa dengan kekuatan dan alat politik sendiri, membangun partai politik tanpa elit yang kemudian harus mengkampanyekan anti militerisme karena mengancam demokrasi dan kebebasan,”
Sedangkan anggota KPO-PRP, Videlya Esmerella melihat bahwa negara adalah alat penindas yang tidak akan menuntaskan dua kelas sosial yang memiliki kepentingan berbeda, antara yang berkuasa dan yang dikuasai. Olehnya, buruh harus membangun partai revolusionernya sendiri yang dipimpin oleh kaum buruh sendiri.
“Bohong belaka jika ada yang mengatakan negara mengatasi semua kepentingan dan bekerja untuk kelas sosial yang berbeda, saatnya buruh membangun partai revolusioner. Dipimpin oleh buruh sendiri,” katanya