Solidaritas.net, Kolombia – Pertambangan emas di barat laut Kolombia ambruk diterpa banjir karena dalam aktivitas pertambangan kerap melakukan pengeboran lubang-lubang untuk mengekstrak mineral. Akibat ambruknya tambang emas tersebut, para penambang terperangkap di kedalaman sekitar 17 meter.
Dilansir dari Metrotvnews.com, kecelakaan terjadi di area reservasi Riosucio. Komandan polisi Caldas, Luis Duarte, mengatakan beberapa pekerja tambang terjebak di kedalaman 17 meter, sebagian lainnya 10 meter. Saat itu, para sanak keluarga menanti kabar korban di lokasi ambruknya tambang emas.
Para petugas penyelamat menjangkau setidaknya ada 15 penambang yag terperangkap di kedalaman 17 meter tersebut. Untuk memompa air agar bisa mencapai penambang tersebut dibutuhkan waktu paling sebentar selama 3 hari, namun kemungkinan terbesar para penambang itu telah tewas.
“Bahwa sejumlah penambang berhasil lolos ketika mereka mulai menyadari bahwa ada masalah. Ia juga mencemaskan 15 orang penambang yang hilang kemungkinan sudah tewas,” kata pemilik tambang, Leonardo Mejia, dilansir dari Bbc.co.uk.
Kolombia adalah produsen emas dan tambang nikel terbesar kedua di benua Amerika. Pertambangan menyumbang sekitar 14% dari PDB negara.
Produksi emasnya pun lebih dari 55 ribu kilogram pada tahun 2013 namun lebih dari setengah tambangnya beroperasi secara liar. Peraturan pertambangan di Kolombia baru disusun bersama
dengan Bank Dunia dan mulai diterapkan pada tahun 2001.
Sedangkan kecelakaan tambang di Kolombia sudah terbilang lazim, khususnya di lokasi-lokasi tambang ilegal seperti yang baru terjadi itu di kawasan-kawasan yang marak dengan gang-gang kriminal. Pada 2 Mei 2014 lalu, tambang di Kolombia juga ambruk, tepatnya di San Antonio, Santander de Quilichao. Saat itu para penambang terperangkap dibawah reruntuhan berat sedalam 20 meter.
Dilansir dari Voaindonesia.com, pada saat itu walikota Santander de Quilichao, Eduardo Grijalba meminta Presiden Kolombia Juan Manuel Santos agar membantu mengakhiri penambangan ilegal di kota itu setelah pihak berwenang lokal gagal menutup tambang yang ambruk itu.