Solidaritas.net – Berkat bantuan para pengguna internet (netizen), Faridho Dwiki Suriwan bisa
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Padahal, sebelumnya remaja yang
akrab disapa Ridho itu sempat terancam tidak bisa kuliah, karena orang tuanya tak
sanggup untuk membayar uang kuliah. Ibunya hanyalah buruh cuci, sedangkan sang
ayah sakit diabetes dan jantung.
 |
| Kampanye ‘UKT untuk Ridho’ di Kitabisa.com |
Hanya dalam waktu satu
hari, para netizen berhasil
mengumpulkan donasi lebih dari Rp 52 juta. Padahal targetnya hanya sebesar Rp
5,7 juta untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) Ridho yang baru diterima di
Institut Pertanian Bogor. Dalam kata lain, donasi yang terkumpul mencapai hampir
10 kali lipat dari yang dibutuhkan hanya dalam waktu sekitar 24 jam, berkat
semangat gotong royong para netizen
yang sama sekali tidak saling mengenal. Mahasiswa tingkat akhir jurusan
Biokimia IPB, Uswatun Khasanah jadi salah seorang yang paling berjasa bagi
Ridho karena telah menggalang bantuan lewat website Kitabisa.com.
hari, para netizen berhasil
mengumpulkan donasi lebih dari Rp 52 juta. Padahal targetnya hanya sebesar Rp
5,7 juta untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) Ridho yang baru diterima di
Institut Pertanian Bogor. Dalam kata lain, donasi yang terkumpul mencapai hampir
10 kali lipat dari yang dibutuhkan hanya dalam waktu sekitar 24 jam, berkat
semangat gotong royong para netizen
yang sama sekali tidak saling mengenal. Mahasiswa tingkat akhir jurusan
Biokimia IPB, Uswatun Khasanah jadi salah seorang yang paling berjasa bagi
Ridho karena telah menggalang bantuan lewat website Kitabisa.com.
Uswatun mengaku tidak
tega melihat Ridho yang menangis di pangkuan ibunya setelah mendengar UKT
sebesar Rp 5,7 juta yang harus dibayarnya untuk bisa mewujudkan impian berkuliah
di IPB. Sedangkan sang ibunda sama sekali tak punya uang sebanyak itu. Padahal Ridho
yang merupakan lulusan SMAN 2 Madiun itu seorang anak cerdas dan berprestasi.
tega melihat Ridho yang menangis di pangkuan ibunya setelah mendengar UKT
sebesar Rp 5,7 juta yang harus dibayarnya untuk bisa mewujudkan impian berkuliah
di IPB. Sedangkan sang ibunda sama sekali tak punya uang sebanyak itu. Padahal Ridho
yang merupakan lulusan SMAN 2 Madiun itu seorang anak cerdas dan berprestasi.
“Beasiswa Bidikmisi
yang ia harapkan untuk kuliah tak berhasil didapatkan akibat kebijakan
pemerintah mengurangi kuota beasiswa Bidikmisi,” tulis Uswatun dalam kampanye
berjudul ‘UKT untuk Ridho’ yang dibuatnya di website Kitabisa.com, dikutip Kamis (02/06/2016).
Sehingga, Uswatun pun
tergerak untuk membuat kampanye penggalangan dana pada Senin, 30 Mei 2016. Hingga
penutupan penggalangan dana pada Kamis, 2 Juni 2016, akhirnya terkumpul dana hingga
Rp 73,1 juta dari 313 donatur, atau mencapai 1.282 persen dari target. Hasil
dari semangat gotong royong ini memang sangat mengagumkan. Berkat bantuan
donasi itu, Ridho bisa melanjutkan pendidikannya. Sisa dana tersebut rencananya
juga akan digunakan untuk membantu mahasiswa baru IPB lainnya yang kurang
mampu.
tergerak untuk membuat kampanye penggalangan dana pada Senin, 30 Mei 2016. Hingga
penutupan penggalangan dana pada Kamis, 2 Juni 2016, akhirnya terkumpul dana hingga
Rp 73,1 juta dari 313 donatur, atau mencapai 1.282 persen dari target. Hasil
dari semangat gotong royong ini memang sangat mengagumkan. Berkat bantuan
donasi itu, Ridho bisa melanjutkan pendidikannya. Sisa dana tersebut rencananya
juga akan digunakan untuk membantu mahasiswa baru IPB lainnya yang kurang
mampu.
“Terima kasih! Puji
syukur kehadirat Tuhan semesta alam kami haturkan. Hingga detik ini saya masih
takjub dengan kekuatan gotong-royong orang baik di Indonesia. Target ‘UKT untuk
Ridho’ sebesar Rp 5,7 juta sudah tercapai, bahkan hasilnya jauh 10 kali
melampaui target lebih besar,” tulis Uswatun dalam update kampanye tersebut, Rabu (01/06/2016).
