Solidaritas.net | Jepang – Lebih dari setengah penduduk dewasa Jepang ternyata sulit untuk mendapat tidur yang nyenyak di malam hari. Jepang yang terkenal dengan budaya etos kerjanya yang tinggi, menekan jumlah jam tidur yang cukup. Pekerja kantoran di seluruh Jepang kerap mengambil jam lembur bahkan sampai tengah malam, akibatnya produktivitas dari pagi hingga siang hari terganggu.
Mengatasi masalah ini banyak perusahaan sadar untuk memberi resolusi dengan mengizinkan karyawan/karyawati mereka tidur di sela-sela jam kerja. Contohnya saja, penyedia jasa renovasi rumah di dekat Tokyo, Direktur Isamu Okuta yang memberi waktu sampai 20 menit tidur singkat di siang hari untuk semua pekerjanya di meja masing-masing atau di kursi-kursi di ruang istirahat staf.
Harian Yomiuri Chimbun mengutip salah seorang pekerja, Ikuko Yamada; “jika saya menggunakan kalkulator ketika saya mengantuk, saya harus mengecek berulang kali pekerjaanku untuk mencegah kesalahan, hingga pekerjaan membutuhkan waktu lebih lama.” keluhnya.
“Saya pikir performa kerjaku meningkat sejak mulai tidur siang.” Yamada mengakui.
Lebih dari itu, Hugo Inc, perusahaan konsultan internet yang berbasis di Osaka, memiliki pendekatan yang lebih fleksibel yakni: Para pekerjaa dapat mengambil tidur siang 30 menit kapan pun, antara pukul 1 siang samapai pukul 4 sore.
Berdasarkan poling US National Sleep Foundation’s mengenai kebiasan tidur di seluruh dunia. Pekerja di Jepang rata-rata tidur selama 6 jam 22 menit setiap malamnya. kurang dari kebanyakan Negara lain. Tidak mengejutkan, hanya 54 persen responden Jepang di poling tersebut yang merasa tidur malam, setidaknya pada hampir setiap malam mereka, bagus. Hanya 8 persen yang bisa mengatur tidur hingga 8 jam. Pekerja Inggris hanya mendapat 27 menit lebih, yaitu 6 jam 49 menit. Tapi Kanada, Meksiko, dan Jerman semua secara teratur mencapai waktu tidur lebih dari 7 jam.
Uniknya, dalam budaya Jepang ada yang namanya Inemuri, atau praktik tertidur di tempat kerja. Kata lainnya; “Sleeping while present”. Ini cara pekerja Jepang yang mengisyaratkan mereka telah bekerja keras hingga masih mengantuk saat di tempat kerja. Kini dan nanti, akan makin banyak perusahan menyadari pentingnya membayar waktu tidur di malam hari dengan memberikan kelonggaran untuk tidur di siang hari bagi pekerja mereka.
Perusahaan lain menyediakan sofa bahkan tempat tidur khusus instirahat karyawan untuk menunjang efisiensi aset sumber daya manusia. Isu tidur siang ini menjadi semakin melunak di antara peraturan lain perusahan yang ketat, setelah pemerintah Jepang lewat Kementrian Kesehatannya turun tangan dengan mengumumkan betapa penting tidur siang pada semua penduduk di usia produktif, dalam durasi yang mencapai 30 menit di awal sore. Lantas bagaimana dengan Negara kita?
Sumber: TheGuardian.com